Warga Banten Mulai Beralih Mengkonsumsi Palawija Pengganti Beras

Ilutrasi kekeringan yang dirasakan warga Lebak Banten, sehingga berdampak pada penurunan produksi beras

BANTEN, NyaringIndonesia.com – Kekeringan yang diakibatkan fenomena El nino menyebabkan penururunan produksi beras disejumlah wilayah, termasuk di Lebak, Banten.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Otomatis, bahan pokok itu mulai merangkak naik sehingga membuat sebagian warga setempat beralih mengkonsumsi bahan palawija seperti umbi-umbian untuk memenuhi kebutuhan kesehariannya.

Yayah (45) warga Rangkasbitung Lebak mengatakan, akibat dampak musim yang ekstrim hingga Agustus ini, terpaksa keluarganya harus terbiasa sarapan pagi dengan mengkonsumsi palawija sebagai makanan pendamping beras.

“Kami di tengah El Nino hanya satu kali mengkonsumsi nasi, karena pagi hari cukup ubi kayu juga terkadang jagung,” keluh Yayah. Kamis (24/08/2023).

Ia mengaku, kadang ubi kayu itu diolah menjadi kue bolu. Selama ini, kue bolu ubi dari ubi kayu bisa bertahan hingga enam jam, sehingga bisa mengurangi konsumsi beras.

Peningkatan permintaan palawija juga dirasakan oleh Ahmad, pedagang di Rangkasbitung, Lebak yang sehari-hari menjual ubi jalar.

Ahmad menyebut selama sepekan terakhir dia bisa menjual dua ton ubi jalar dengan harga Rp7.000/kilogram.

“Sehingga omzet naik menjadi Rp14 juta, padahal sebelumnya hanya Rp7 juta sepekan.,” paparnya.

Meningkatnya permintaan ubi jalar ini, menurut Ahmad, lantaran swbagai makanan pendamping beras karena bahan pokok yang melonjak, akibat  musim kemarau yang melanda.

Karena itu, masyarakat banyak membeli ubi jalar untuk dijadikan makanan pendamping beras itu.

“Kami mendatangkan ubi jalar itu dari petani langsung,” kata Ahmad

Karena itu, masyarakat banyak membeli ubi jalar untuk dijadikan makanan pendamping beras itu.

“Kami mendatangkan ubi jalar itu dari petani langsung,” kata Ahmad.

Melihat kondisi seperti itu, Pemerintah Kabupaten Lebak belu menetapkan status darurat meski kekeringan dan krisisis air bersih mulai dirasakan warga.

Bahkan beberapa waktu lalu juga dilaporkan setidaknya 50 hektare sawah di wilayah ini mengalami gagal panen.

Pemkab Lebak mengatakan akan terus berupaya memenuhi ketersediaan palawija sebagai makanan pendamping beras.

“Kita menjamin ketersediaan makanan pendamping beras dari komoditas palawija mencukupi dan tidak terdampak El Nino,” urai Kepala Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar di Lebak.

Deni kuga memastikan selama musim kemarau akibat El Nino ini, persediaan palawija sebagai makanan pendamping beras relatif aman dan mencukupi kebutuhan masyarakat.

Deni menyebut, hasil produksi palawija dari Januari hingga pertengahan Agustus 2023 sebanyak 11. 971 ton terdiri dari jagung 2.800 ton, kedelai 185 ton, kacang tanah 131 ton, kacang hijau 13 ton, ubi kayu 10.346 ton dan ubi jalar 1.481 ton.

Lebak, ujarnya, juga memasok palawija tersebut ke luar daerah, seperti Tangerang dan Jakarta.

Melimpahnya produksi palawija, kata Deni, karena tanaman palawija yang tidak membutuhkan air banyak seperti tanaman padi sawah.

Sehingga produksi komoditas tanaman palawija itu di saat musim kemarau juga tetap memanen. “Saya kira makanan pendamping itu bisa menjadi makanan pokok karena kandungan karbohidratnya sama dengan beras,” terangnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Menteri Pertanian atau Mentan, Syahrul Yasin Limpo memperkirakan dampak El Nino tahun ini diperkirakan berpotensi mengakibatkan produksi pertanian Indonesia turun.

Mentan menyebut, El Nino akan mengakibatkan Indonesia kekurangan stok beras antara 380 ribu ton hingga 1,2 juta ton.

Berita Utama