CIMAHI, NyaringIndonesia.com – Penanganan banjir menjadi topik utama dalam Focus Group Discussion (FGD) di Kelurahan Citeureup, Cimahi Utara. Hal ini diprioritaskan mengingat dampak limpasan air yang sering dirasakan warga saat musim hujan, terutama di wilayah RW 07.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Lurah Citeureup, Rusli Sudarmadi, menyampaikan bahwa penanganan banjir membutuhkan kolaborasi semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat.
Dalam kesempatan itu, hadir dua anggota dewan yang diharapkan dapat mendorong percepatan realisasi solusi banjir di wilayah tersebut.
“Pada hari ini, dua anggota dewan hadir untuk mendukung penanganan banjir di Kelurahan Citeureup,” ujar Rusli pada media seusai FGD di Aula Kelurahan Citeureup. (14/01/25).
Rusli menjelaskan bahwa terdapat sekitar empat hingga lima RW yang terdampak banjir akibat limpasan air dari Wilayah lain. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antarwilayah dalam menangani masalah ini.
“Jika tidak ada kolaborasi dalam penanganan banjir, akan sulit diatasi. Dulu ada program Jaga Kamalir, dan saya berharap Pemkot Cimahi masih memberlakukan program itu agar saluran air di dua wilayah bisa terjaga dengan baik,” tambahnya.
Rusli juga menyoroti masalah sampah rumah tangga yang memperparah banjir. Ia mengungkapkan bahwa dalam kegiatan gotong royong membersihkan saluran air, warga menemukan banyak sampah, termasuk kasur.
“Saya terkejut saat mendapati sampah rumah tangga seperti kasur ditemukan di saluran air. Ini menunjukkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah masih perlu ditingkatkan,” ungkapnya.
Menurut Rusli, masalah sampah ini juga dipengaruhi oleh batas wilayah antara KBB dan Kota Cimahi yang membuat pengawasan tidak optimal. Namun, ia mengapresiasi upaya masyarakat Kelurahan Citeureup melalui pendirian Bank Sampah Unit (BSU) di setiap RW.
“Saat ini, di Kelurahan Citeureup sudah ada BSU di 19 RW, dan inovasi di masing-masing RW berjalan baik, seperti membuat kursi dari botol plastik. Bahkan, ada RW yang telah membentuk dua BSU,” jelasnya.
Meski demikian, Rusli mengungkapkan bahwa masih ada kendala yang dihadapi, seperti belum tersedianya alat pencacah sampah plastik di setiap BSU dan kurang cepatnya pengangkutan hasil pilah sampah oleh Bank Sampah Induk.
“Saya berharap pemerintah kota bisa mendorong Bank Sampah Induk untuk lebih cepat mengambil hasil pilah sampah dari BSU agar pengelolaan sampah lebih maksimal,” pungkasnya. (Bzo)