CIMAHI, NyaringIndonesia.com – SDN Cibabat Mandiri 2 mengambil langkah inovatif dalam melestarikan budaya lokal dengan memperkenalkan berbagai permainan tradisional Sunda kepada siswa sebagai bagian dari pembelajaran.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Program ini tidak hanya bertujuan untuk mengenalkan budaya daerah, tetapi juga mendukung pencarian bibit atlet olahraga tradisional di kalangan siswa, terutama dalam menghadapi kompetisi di Cimahi.
Dewi Komariah, koordinator kegiatan ini, menjelaskan bahwa metode pembelajaran dirancang agar siswa dapat langsung mempraktikkan permainan tradisional.
“Kelas 1 dan 2 melaksanakan permainan di dalam kelas, sedangkan siswa kelas 4 dan 5 berlatih di lapangan bersama guru,” ujarnya.
Dalam kegiatan ini, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga ikut serta dalam mendemonstrasikan permainan. Semua perlengkapan yang digunakan berasal dari fasilitas yang sudah tersedia di sekolah, meskipun ada beberapa alat yang perlu disesuaikan dengan kondisi siswa.
“Misalnya, untuk enggrang, kami menyesuaikan tinggi alat agar anak-anak bisa menggunakannya dengan nyaman,” tambah Dewi.
Selain melibatkan guru, kegiatan ini juga bekerja sama dengan mahasiswa PPL yang sedang menjalankan program PPG bertema olahraga tradisional.
“Pernah ada mahasiswa yang ikut serta dalam membimbing siswa dalam permainan tradisional ini,” kata Dewi.
Menariknya, kegiatan ini tidak membebani siswa dengan biaya tambahan karena sekolah memanfaatkan fasilitas yang sudah ada. Siswa pun menunjukkan antusiasme tinggi terhadap program ini.
“Banyak anak yang berebut ingin mencoba permainan, seperti paciwit-ciwit lutung di kelas 1,” ujarnya.
Permainan yang dikenalkan dipilih berdasarkan jenis yang sering dilombakan. Ke depan, sekolah berencana menambahkan lebih banyak variasi permainan jika memungkinkan.
“Saat ini, siswa kelas atas sudah belajar gatrik, dan kami mempertimbangkan untuk mengenalkan dagongan selanjutnya,” tambahnya.
Namun, program ini juga menghadapi beberapa kendala, salah satunya keterbatasan lahan bermain bagi siswa.
“Karena ruang bermain yang terbatas, anak-anak hanya bisa mempraktikkan permainan di sekolah. Di rumah, mereka lebih sering bermain bola karena lahannya lebih kecil,” jelas Dewi.
Selain itu, beberapa permainan seperti gatrik yang memerlukan alat pemukul kurang diminati karena alasan keamanan dan keterbatasan ruang di rumah.
“Gatrik, misalnya, memerlukan ruang luas, dan anak-anak khawatir mengenai sesuatu di sekitarnya. Jadi, mereka lebih memilih mencoba permainan ini hanya di sekolah,” ucap Dewi.
Sementara itu, Kepala Bidang Kurikulum SDN Cibabat Mandiri 2, Dedi Suhendi, menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah memperkenalkan kembali permainan tradisional yang mulai jarang dimainkan oleh anak-anak.
“Anak-anak diajak untuk memahami dan mengenal permainan khas Jawa Barat, seperti enggrang, yang kini mulai ditinggalkan,” ujar Dedi.
Program ini diterapkan secara bertahap, dimulai dengan pemahaman dasar tentang jenis permainan, kemudian dilanjutkan dengan praktik langsung di sekolah. Beberapa permainan yang dikenalkan di antaranya enggrang, gatrik, dagongan, dan kakawihan.
“Untuk semester ini, kami fokus pada permainan tradisional dalam program P5 yang melibatkan siswa kelas 1, 2, 4, dan 5,” lanjutnya.
Meskipun awalnya hanya ditujukan untuk kelas-kelas tertentu, namun akhirnya siswa kelas 3 dan 6 juga diikutsertakan agar mereka memiliki pengalaman dalam program ini. (Bzo)
==============
Disclaimer:
Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.
Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News