Pi Network, Antara Inovasi Ramah Lingkungan dan Tuduhan Manipulasi Token

Pi Network

Cimahi, NyaringIndonesia.com – Di tengah gelombang bull run kripto global, Pi Network kembali menarik perhatian dengan konsep mining berbasis ponsel yang diklaim hemat energi dan ramah pemula.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Namun, di balik visinya yang inklusif, proyek ini kini dihantui kontroversi serius yang memunculkan pertanyaan besar: apakah Pi Network benar-benar terobosan masa depan, atau hanya sensasi sesaat yang akan meredup?

Diluncurkan pada 2019 oleh tim akademisi dari Universitas Stanford, Pi Network hadir dengan pendekatan berbeda terhadap penambangan aset kripto. Berbasis protokol Stellar Consensus Protocol (SCP) dan Federated Byzantine Agreement (FBA), proyek ini memungkinkan mining lewat ponsel tanpa perlu perangkat keras mahal atau konsumsi energi tinggi.

Keamanan jaringan ditopang oleh sistem “trust graph”, di mana pengguna membangun lingkaran kepercayaan (security circle) untuk memperkuat jaringan. Pi juga mengembangkan sejumlah fitur seperti Pi Chats, Fireside Forum, Pi Domains, dan Pi Ads Network guna memperluas utilitas ekosistemnya.

Namun sejak memasuki fase enclosed mainnet pada 2021, Pi Network masih membatasi perdagangan token di luar ekosistem internal. Proses Know Your Customer (KYC) yang wajib untuk migrasi ke mainnet juga dinilai lambat dan belum menjangkau seluruh pengguna.

Pada 17 Mei 2025, seorang anggota komunitas dengan nama Dr. Picoin melontarkan tuduhan serius. Ia mengklaim Tim Inti Pi Network menjual jutaan token saat harga mencapai puncaknya di kisaran US$1,60. Mengutip data blockchain, ia menyebut ada transfer sebesar 12 juta PI yang menurutnya menandakan manipulasi pasar.

“Tim Inti menjual puluhan juta, jika bukan ratusan juta Pi saat komunitas dialihkan perhatiannya dengan pengumuman dan janji kemajuan,” ujarnya.

Tudingan ini langsung memicu kepanikan dan aksi jual besar-besaran. Harga Pi jatuh hingga 50 persen. Namun sebagian komunitas membantah, menyebut bahwa transaksi tersebut adalah bagian dari proses migrasi saldo dari testnet ke mainnet — bukan penjualan. Sayangnya, minimnya transparansi dari pihak pengembang membuat kepercayaan pasar goyah.

Kekecewaan kian dalam setelah gelaran Consensus 2025, di mana komunitas berharap akan diumumkan peluncuran mainnet penuh dan rilis 100 aplikasi desentralisasi (DApps). Alih-alih realisasi janji, yang diumumkan hanyalah pendirian Pi Network Ventures — dana ekosistem senilai US$100 juta untuk mendukung para developer.

“Komunitas percaya peluncuran besar sudah dekat. Tapi yang datang hanya janji investasi, tanpa kemajuan konkret,” kata Dr. Picoin.

Kendati begitu, co-founder Dr. Nicolas Kokkalis menegaskan komitmen pada desentralisasi. Ia memperkenalkan upgrade “Horizon” untuk operator node, serta rencana integrasi kecerdasan buatan dalam proses KYC dan sistem identitas digital berbasis blockchain.

Setelah open mainnet diluncurkan pada Februari 2025, harga Pi sempat menyentuh US$1,97, sebelum anjlok ke bawah US$0,70. Penurunan tajam ini dipicu oleh aksi jual penambang awal, belum adanya listing di bursa utama seperti Binance, dan terbatasnya utilitas token di luar ekosistem.

Proses KYC yang belum merata dan ketertutupan sistem enclosed turut menjadi hambatan besar. Meski demikian, integrasi machine learning dalam verifikasi pengguna serta pendekatan konsensus yang unik tetap menjadi nilai jual tersendiri.

Pi Network memiliki elemen menarik: mining mudah diakses, pendekatan hemat energi, dan komunitas global yang besar. Namun, proyek ini berada di persimpangan: antara menjadi pionir inklusi keuangan digital atau menjadi pelajaran pahit tentang pentingnya tata kelola dan transparansi.

Arah ke depan akan sangat bergantung pada:

  • Keberhasilan mempercepat dan menyederhanakan proses KYC,
  • Listing di bursa kripto besar,
  • Penciptaan utilitas nyata dari token Pi di dunia nyata.

Bagi investor, Pi saat ini adalah aset spekulatif berisiko tinggi dengan potensi besar. Tetapi kehati-hatian tetap diperlukan, mengingat dinamika pasar dan kontroversi internal yang belum tuntas.

 

==============

Disclaimer:

Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.

Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News

Berita Utama