Cimahi, NyaringIndonesia.com – Perdebatan sengit tengah mengguncang komunitas Pi Network, menyusul kembali mengemukanya konsep Global Consensus Value (GCV) yang diklaim oleh sebagian pengguna sebagai harga ideal Pi Coin.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Nilai yang diusulkan tak tanggung-tanggung yakni senilai konstanta matematika π (3,14159) hingga $314.159 per token. Padahal, harga Pi yang tercatat di pasar saat ini hanya berkisar $0,60.
Kesenjangan harga yang ekstrem, hingga lebih dari 500.000 kali lipat, memunculkan tanda tanya besar di kalangan analis maupun pengguna: apakah GCV benar-benar realistis atau sekadar harapan utopis?
Dr. Altcoin, analis pasar kripto sekaligus anggota aktif komunitas Pi, menyebut konsep GCV sebagai sesuatu yang tidak berdasar secara ekonomi. Dalam pernyataannya, ia menyoroti ketidaksesuaian antara suplai Pi yang beredar dan nilai total yang diklaim.
“Dengan total suplai 7,4 miliar Pi, GCV sebesar $314.159 per token akan menghasilkan valuasi yang melebihi Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan seluruh dunia,” jelasnya.
Bahkan dengan suplai yang jauh lebih rendah yakni 340 juta Pi angka tersebut tetap dinilai tidak masuk akal.
Menurutnya, GCV tidak memiliki fondasi ekonomi yang kokoh dan lebih menyerupai alat promosi ketimbang mekanisme valuasi yang valid.
“Tujuan awal Pi sebagai mata uang digital yang mudah diakses publik telah tercapai. Memaksakan GCV hanya akan menciptakan ekspektasi palsu,” tambahnya.
Menariknya, hingga kini Pi Core Team belum secara resmi memberikan sikap tegas terhadap penerapan GCV. Sebagian pengamat menilai sikap diam ini sebagai strategi komunikasi yang disengaja, mengingat GCV telah berfungsi efektif sebagai magnet perhatian terhadap Pi Network.
Fokus komunitas kini tertuju pada agenda Pi Day 2 yang dijadwalkan berlangsung pada 28 Juni 2025. Banyak pihak berharap momen tersebut akan menjadi titik terang bagi berbagai spekulasi, termasuk isu GCV yang telah lama menggantung.
Meski dikritik keras, kampanye GCV tetap memiliki pendukung setia. Mereka menilai GCV bukan hanya soal harga, melainkan mencerminkan semangat kebebasan finansial, solidaritas komunitas, dan kepercayaan pada sistem desentralisasi.
Analis lain yang dikenal dengan nama alias Mr. Spock, menyarankan bahwa sistem nilai ganda bisa menjadi kompromi antara idealisme komunitas dan realitas pasar.
“GCV bukan ditujukan untuk pasar spekulatif terbuka, tetapi untuk lingkungan tertutup seperti Ekosistem Pi, di mana nilai ditentukan oleh penggunaan nyata, bukan sekadar hype,” ujarnya melalui platform X.
Di tengah kebingungan seputar GCV, sebagian anggota komunitas kini mulai mengalihkan perhatian ke inisiatif Community-Driven Liquidity Pool (CDLP). Program ini mendorong pembentukan kolam likuiditas yang dikendalikan langsung oleh pengguna Pi, dengan target partisipasi 10 juta pengguna yang membeli Pi senilai $10 per bulan.
Bila berhasil, program ini dapat menghasilkan aliran dana segar sebesar $100 juta secara periodik ke dalam ekosistem.
Berbeda dengan pendekatan konvensional, CDLP memungkinkan Pi yang dibeli disimpan langsung di dompet pribadi pengguna tanpa keterlibatan pihak ketiga. Skema ini dinilai lebih transparan dan sesuai dengan semangat desentralisasi yang diusung Pi Network.
Namun, tantangan masih membayangi. Beberapa pengguna melaporkan saldo dompet mereka hilang meski telah mengikuti prosedur migrasi jaringan. Isu ini semakin memperuncing perdebatan mengenai arah masa depan Pi dan kejelasan peran tim inti.
Pi Network kini berada di persimpangan penting. Di satu sisi, komunitas mendambakan nilai tinggi dan stabilitas ekonomi berbasis konsensus. Di sisi lain, realitas pasar dan batasan teknis terus menjadi batu sandungan. Akankah GCV menjadi kenyataan, atau justru menjadi simbol idealisme yang terlalu jauh dari kenyataan?
======================
Disclaimer:
Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.
Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News