Kota Cimahi Intensifkan Pemeriksaan Kesehatan Catin Guna Cegah Risiko Stunting

Stunting
Kadis DP3AP2KB Kota Cimahi, Fitriani Manan

CIMAHI, NyaringIndonesia.com – Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) menggandeng Dinas Kesehatan dalam upaya pencegahan stunting sejak dini, dengan melaksanakan pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin (catin).

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Para catin yang memiliki kadar hemoglobin di bawah 12 gram per desiliter atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 sentimeter diklasifikasikan sebagai kelompok berisiko tinggi, sehingga memerlukan pemantauan dan pendampingan lebih lanjut.

Kepala DP3AP2KB Cimahi, Fitriani Manan, menegaskan pentingnya perhatian terhadap remaja, khususnya remaja putri, dalam upaya pencegahan stunting jangka panjang.

“Berdasarkan data yang kami miliki, hampir sepertiga remaja putri di Cimahi mengalami anemia. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko kelahiran anak stunting ketika mereka memasuki usia reproduktif,” ungkap pada media. Jum’at (26/09/25).

Sebagai langkah preventif, pihaknya mendorong pemberian rutin tablet tambah darah bagi remaja putri di lingkungan sekolah. Ia juga menekankan pentingnya dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar untuk menciptakan kondisi yang menunjang kesehatan remaja secara menyeluruh.

Lebih lanjut, Fitriani menjelaskan bahwa penurunan berat badan anak yang terjadi dalam jangka waktu lama merupakan salah satu indikator awal yang dapat mengarah pada stunting dan memengaruhi proses tumbuh kembang anak, termasuk tinggi badan.

“Jika berat badan anak stagnan dalam waktu yang cukup lama, hal itu bisa menjadi pemicu stunting. Faktor lingkungan keluarga sangat memengaruhi, terutama kondisi tempat tinggal yang kurang sehat, sirkulasi udara yang buruk, hingga kebiasaan merokok di dalam rumah,” paparnya.

Ia menambahkan, paparan asap rokok dalam rumah tangga, terutama dari ayah yang merokok, bisa memperbesar risiko anak terserang penyakit kronis seperti tuberkulosis, yang pada akhirnya dapat menghambat pertambahan berat badan.

Fitriani menegaskan bahwa upaya pencegahan tidak seharusnya dimulai setelah anak lahir, melainkan jauh sebelumnya, bahkan sejak masa pra-nikah.

“Intervensi harus dilakukan sejak tahap perencanaan keluarga. Profil keluarga yang berisiko stunting dapat dikenali sejak masa calon pengantin. Inilah pentingnya pemeriksaan dan edukasi sejak dini,” tandasnya. (Bzo)

==================

Disclaimer:

Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.

Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News

Berita Utama