Cimahi, NyaringIndonesia.com – CEO Tokocrypto Calvin Kizana memprediksi perdagangan aset kripto global masih berada dalam fase konsolidasi hingga akhir 2025. Kondisi ini dipicu ketidakpastian ekonomi dan sikap wait and see pelaku pasar.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Harga Bitcoin (harga BTC) tercatat mengalami penurunan tajam hingga ke level 84.537,42 dollar AS pada Sabtu (22/11/2025).
Calvin menyebut pelemahan ini dipengaruhi kekhawatiran pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) mungkin menunda pemotongan suku bunga yang sebelumnya diperkirakan terjadi pada Desember.
Kekhawatiran tersebut meningkat setelah rilis data ketenagakerjaan AS menunjukkan tambahan 119.000 tenaga kerja pada September, jauh di atas proyeksi 50.000. Berdasarkan CME FedWatch, probabilitas penurunan suku bunga kini hanya sekitar 40 persen.
Tekanan global turut memengaruhi pasar Indonesia. Meski begitu, Calvin menilai pasar kripto domestik masih menunjukkan ketahanan.
Menurut Calvin, volatilitas yang terjadi di pasar global memang memengaruhi aktivitas perdagangan di Indonesia.
“Namun, menariknya adalah meskipun nilai transaksi turun, jumlah pengguna kripto di Indonesia terus meningkat. Ini menunjukkan kepercayaan dan minat masyarakat terhadap aset digital tetap terjaga, bahkan ketika pasar sedang cooling down,” ujar Calvin dalam keterangannya.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai transaksi kripto Januari–Oktober 2025 mencapai Rp 409,56 triliun, turun 13,77 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, jumlah pengguna naik menjadi 18,61 juta pada September 2025 atau tumbuh 3,05 persen dalam satu bulan.
Calvin menyebut kondisi pasar saat ini belum menunjukkan fase bearish struktural. Indikator on-chain, adopsi pengguna, dan aktivitas pengembang disebut masih stabil.
Prospek dan Peran Regulasi
Calvin menilai pemerintah memiliki peran dalam menjaga stabilitas pasar melalui kebijakan perpajakan, rencana bursa kripto tambahan, dan edukasi publik. Langkah ini dinilai dapat memperkuat fondasi ekosistem digital nasional.
Untuk 2026, ia melihat peluang pemulihan jika situasi makro global membaik, termasuk potensi penurunan suku bunga, meningkatnya minat risiko, masuknya likuiditas baru, serta siklus pasca-halving yang secara historis mendorong penguatan harga.
Meski tetap optimistis, Calvin mengingatkan pasar masih berisiko bergerak sideways jika tekanan global berlanjut.
“Investor perlu tetap waspada, melakukan analisis, dan memahami risiko. Namun, kita melihat bahwa minat masyarakat Indonesia terus tumbuh, yang menjadi sinyal positif bahwa ekosistem kripto di Indonesia semakin matang dan siap berkembang dalam jangka panjang,” ujarnya.
==================
Disclaimer:
Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.
Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News