Cimahi, NyaringIndonesia.com – Sebagai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, arah pergerakan Bitcoin (BTC) tetap menjadi fokus utama investor. Menjelang akhir tahun, akumulasi BTC oleh para whales institusi dipandang sebagai faktor penting yang berpotensi memengaruhi dinamika pasar.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan bahwa konsentrasi kepemilikan BTC yang semakin terpusat membuat pasar lebih sensitif terhadap aktivitas whales, terutama dalam jangka pendek. Menurutnya, perpindahan atau penjualan BTC dalam jumlah besar oleh pemegang utama dapat langsung menekan likuiditas karena sebagian suplai aktif dikuasai entitas besar seperti perusahaan publik, ETF, dan dompet institusional.
“Kondisi ini membuat volatilitas intraday maupun harian lebih mudah meningkat hanya dari satu pergerakan besar di jaringan,” ujar Fyqieh, Senin (1/12/2025).
Ia menambahkan, data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas whales baik aliran masuk BTC ke bursa maupun transfer antar-dompet besar kini memiliki korelasi yang lebih kuat dengan perubahan harga dalam rentang 6 hingga 24 jam. Hal ini dipicu oleh struktur pasar yang kian bergantung pada suplai terbatas yang benar-benar diperdagangkan, sementara sebagian besar BTC disimpan jangka panjang oleh pemegang institusional.
“Artinya, tekanan beli atau jual yang datang serentak dari whales dapat dengan cepat menggeser sentimen, terutama ketika volume perdagangan sedang menurun,” jelasnya.
Meski demikian, Fyqieh menilai dominasi whales tidak sepenuhnya menentukan arah pasar jangka panjang. Banyak pemegang besar, menurutnya, merupakan institusi yang menjalankan strategi akumulasi multi-tahun, sehingga aktivitas transaksinya relatif jarang. Faktor fundamental seperti arus dana ETF, kebijakan moneter global, regulasi, dan tingkat adopsi institusional tetap menjadi penentu utama tren BTC dalam jangka panjang.
Fyqieh merekomendasikan strategi investasi bertahap atau dollar-cost averaging (DCA), dengan penekanan pada pengelolaan alokasi BTC yang proporsional dalam portofolio. Ia juga menyarankan diversifikasi ke altcoin berkapitalisasi besar seperti ETH, SOL, dan XRP, serta menekankan pentingnya menghindari penggunaan dana darurat maupun leverage tanpa manajemen risiko yang disiplin. Untuk menjaga likuiditas, sebagian dana dapat ditempatkan pada stablecoin seperti USDT sehingga investor siap memanfaatkan peluang beli saat koreksi terjadi.
Dari sisi lain, Analis Reku Fahmi Almuttaqin menilai kondisi pasar kripto saat ini lebih kuat dalam menyerap tekanan jual besar, termasuk penjualan BTC oleh pemerintah Jerman yang sempat terjadi pertengahan tahun lalu.
“Terlepas dari akumulasi investor besar dalam satu hingga dua tahun terakhir, distribusi BTC sudah cukup luas. Lebih dari 90% suplai BTC telah ditambang dan kapitalisasi pasar yang meningkat membuat pembelian besar saat ini tidak mampu menguasai dominasi kepemilikan BTC,” ujarnya.
Fahmi menilai aset kripto kini semakin strategis berkat karakteristik kelangkaan dan potensi imbal hasilnya. Ia pun menyarankan investor menyesuaikan strategi dengan profil risiko masing-masing.
Mengutip data Ajaib Kripto, perusahaan investasi Bitcoin milik Michael Saylor, MicroStrategy Incorporated, tercatat menambah 196 BTC senilai US$22,1 juta dengan harga rata-rata US$113.048 per koin. Dengan akuisisi ini, MicroStrategy kini menggenggam 640.031 BTC dengan nilai total sekitar US$47,35 miliar, mengukuhkan posisinya sebagai perusahaan publik dengan kepemilikan Bitcoin terbesar di dunia.
Sementara itu, perusahaan investasi publik asal Jepang, Metaplanet, juga dilaporkan membeli tambahan 5.268 BTC senilai US$615,67 juta dengan harga rata-rata US$116.870 per koin. Total cadangan BTC Metaplanet kini mencapai 30.823 BTC, menjadikannya perusahaan publik dengan kepemilikan Bitcoin terbesar keempat secara global.
=======================
Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.
Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News