CIMAHI, NyaringIndonesia.com – Kepala Bidang Perdagangan pada Disdagkoperin Kota Cimahi, Indra Bagjana, menyampaikan bahwa situasi harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional masih tergolong stabil berdasarkan pemantauan terbaru. Meski demikian, beberapa komoditas mulai menandakan kenaikan dalam beberapa hari terakhir.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!“Lonjakan harga baru tampak pada cabai rawit merah dan rawit hijau, itupun peningkatannya masih relatif kecil,” kata Indra saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Ia menambahkan, harga beras sebagai komoditas utama masyarakat hingga kini masih terkendali dan tidak menunjukkan kecenderungan naik.
“Justru harga cabai merah besar saat ini cenderung turun. Memasuki momen pergantian tahun, biasanya pergerakan harga lebih sulit diprediksi karena dipengaruhi pola permintaan,” ujar Indra. Rabu (03/12/25).
Indra menekankan bahwa pemerintah terus menjaga stabilitas harga melalui penguatan ketersediaan pasokan agar tidak terjadi kekurangan barang.
“Kalau suplai terganggu, kenaikan harga bisa menjadi lebih berat. Pemerintah memang tidak bisa menurunkan harga secara langsung, tetapi kami memastikan barang tetap ada di pasar,” jelasnya.
Salah satu upaya yang dilakukan ialah program Gerakan Pangan Murah SiBesti , yang digelar rutin setiap Kamis di akhir bulan. Program ini menyediakan beras dengan harga lebih terjangkau untuk membantu menstabilkan pasokan di masyarakat.
“Untuk Desember, kami sedang menimbang apakah tetap menyediakan beras atau mengganti ke komoditas lain seperti minyak goreng,” tambahnya.
Selain itu, pada pertengahan bulan akan hadir suplai tambahan melalui OPADI, yaitu operasi pasar dengan bahan bersubsidi hasil kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Lewat skema ini, masyarakat bisa membeli sejumlah kebutuhan pokok dengan harga yang telah ditekan menggunakan subsidi APBD provinsi.
Indra mengingatkan bahwa fluktuasi harga menjelang akhir tahun merupakan kondisi yang biasa terjadi, sehingga masyarakat diminta tidak melakukan aksi borong. “Belanjalah seperlunya. Membeli secara berlebihan justru dapat menimbulkan kepanikan dan mengganggu arus pasokan,” tegasnya.
Ia juga mengimbau pedagang untuk tidak menaikkan harga secara tidak proporsional. “Kalau pun ada kenaikan, sesuaikan secara wajar. Pasokan aman, jadi tidak perlu menciptakan kekhawatiran,” tambahnya.
Di sisi lain, harga sejumlah kebutuhan pokok di Pasar Atas Baru dan Pasar Antri Cimahi mulai merangkak naik sejak awal pekan. Para pedagang mengaku pasokan menurun akibat cuaca buruk serta meningkatnya permintaan dari SPPG untuk pemenuhan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah Bandung Raya.
Kondisi tersebut memicu kenaikan harga yang cukup memberatkan warga. Pantauan di lapangan menunjukkan cabai rawit merah menjadi komoditas dengan kenaikan paling drastis.
Dari harga normal sekitar Rp30.000 per kilogram, kini melonjak hingga menyentuh Rp70.000 per kilogram. Bawang merah turut naik dari Rp30.000 menjadi sekitar Rp40.000 per kilogram. Sementara telur ayam meningkat dari Rp28.000 menjadi Rp32.000 per kilogram.
Harga ayam potong juga mengalami penyesuaian, meski besaran kenaikannya berbeda-beda tergantung pasokan distributor.
Para pedagang menilai peningkatan harga kali ini bukan sekadar fluktuasi rutin akhir tahun, melainkan akibat rangkaian hambatan yang terjadi bersamaan.
“Pengiriman dari sentra produksi terhambat karena cuaca buruk, ditambah banyak barang lebih dulu diserap untuk kebutuhan SPPG. Itu yang membuat stok berkurang dan harga naik,” tutur Imas (53), pedagang di Pasar Atas Baru
Imas juga menyoroti kebijakan pengadaan bahan pangan untuk MBG yang tidak melibatkan pedagang pasar tradisional di Cimahi. Menurutnya, pembelian dilakukan langsung ke Pasar Caringin sehingga pedagang lokal tidak mendapatkan manfaat.
“Dampaknya kami rasakan sendiri. Pembeli berkurang, harga modal naik, sementara kami tidak diberi ruang untuk terlibat. Pedagang pasar tradisional seharusnya bisa diberdayakan, bukan dilewati begitu saja,” keluhnya.
Ia berharap pemerintah turun tangan memberikan solusi nyata, baik untuk menstabilkan harga maupun mendukung keberlangsungan pedagang lokal.
“Kami ingin ada kebijakan yang bisa membuat harga lebih terkendali dan masyarakat tetap bisa membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau, terutama warga berpenghasilan rendah,” ungkapnya.
Kenaikan harga ini juga menimbulkan keresahan bagi warga. Anggi (38), salah satu pembeli, mengaku kini harus lebih cermat saat berbelanja.
“Pengeluaran jadi lebih besar dari biasanya. Kalau kenaikan terus berlanjut dan tidak ada langkah dari pemerintah, masyarakat yang paling terbebani,” katanya. (Bzo)