CIMAHI, NyaringIndonesia.com – Pada akhir Tahun 2019 manusia di seluruh belahan dunia dikagetkan dengan munculnya pandemi Virus Corona-Covid-19 yang mempengaruhi berbagai sektor kehidupan baik dari sisi kesehatan, ekonomi maupun pengangguran.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Selain mengakibatkan ratusan ribu manusia yang meninggal dunia di Indonesia, aktivitas masyarakat, karyawan, pekerja, buruh pabrik terpaksa harus di rumahkan atau pengurangan waktu untuk bekerja hingga Pemutusan Hubungan Kerja.
Namun atas semua itu tak membuat warga RT 04/RW 18 Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi menyerah pada keadaan, tapi malah sebaliknya. Kondisi pandemi menjadi motivasi warga untuk bangkit menggerakan roda ekonomi sekaligus membantu pemerintah dalam penanggulangan sampah.

“Bagi kami Pandemi malahan menjadi berkah, karena sejak Oktober 2020 lalu kami berusaha untuk melakukan aktvitas ketahanan pangan warga dengan beternak lele di lingkungan kami,” terang Inisiator Gerakan Ekonomi Mandiri (Gemi) RT 04/18 Kelurahan Cipageran Kecamatan Cimahi Utara, Arif Purnomo, usai Launching Kawasan Pengelola Sampah Menuju Sirkular Ekonomi Mandiri (Awas Sikoma), Sabtu (21/5/2022).
Menurut dia, berawal dari ternak lele yang harga pakannya menjadi cukup sementara kebutuhannya tinggi, berakhir muncul inovasi untuk melakukan ternak maggot.
“Kita membuat sirkuler dari ternak lele, lele dikasih makan maggot dan maggot menghabiskan makan sampah yang berasal dari rumah tangga sementara lelenya dimakan oleh warga kami. Dari satu kilo maggot membutuhkan sampah antara dua sampai tiga kilo,” sebutnya.
Melihat apa yang sudah dilakukan Gemi 0418, sudah memperlihatkan hasil secara ekonomi, yang awalnya warga mengeluarkan modal Rp.9 juta sekarang sudah bekembang menjadi aset senilai Rp.59 Juta selama satu setengah tahun. Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Lingkungan Hidup, Disdagkoperin dan Dinas Pangan dan Pertanian turun tangan memberikan bantuan dan pendampingan.
Plt Wali Kota Cimahi Ngatiyana menilai apa yang dilakukan oleh warga RW 18 Kelurahan Cipageran sangat membantu Pemerintah Kota Cimahi dalam mengurangi sampah yang dibuang warga. Warga RW 18 ini paling maju dibanding RW lainnya yang juga melakukan hal yang sama.

“Nanti kita kembangkan lagi di RW lainnya dengan dibarengi pembinaan dan pelatihan sehingga bisa menyebar diseluruh RW yang ada di Kota Cimahi,” kata Ngatiyana usai melaunching Kawasan Pengelola Sampah Menuju Sirkular Ekonomi Mandiri (Awas Sikoma) RW 18 Cipageran.
Mengingat masalah sampah selama ini masih menjadi salah satu masalah besar Pemerintah Kota Cimahi, maka setiap kegiatan positif masyarakat yang meringankan pekerjaan pemerintah wajib mendapat dukungan.
Selain pengembangan maggot, Pengelolaan layanan bank sampah Samici yang ditetapkan naik status sebagai badan usaha yang pengelolaannya, turut menggandeng Bank Sampah Bersinar.
Plt Wali Kota Cimahi Ngatiyana mengatakan bahwa permasalahan sampah adalah masalah bersama. Untuk mengatasi permasalahannya dibutuhkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan masing-masing masyarakat.
Untuk itu, salah satu upaya pengelolaan sampah yang terus dilakukan di Kota Cimahi diantaranya mendorong warga melakukan pemilahan sampah di rumah.
“Sampah anorganik yang bernilai ekonomi bisa disetor ke Bank Samici. Selain bisa mengurangi sampah yang diangkut, juga bisa bernilai ekonomi,” ujar Ngatiyana.
Bank Samici kenapa ditingkatkan menjadi badan usaha dan bekerjasama dengan Bank Sampah Bersinar.
Karena nantinya bank tersebut diharapkan mampu melakukan edukasi ke RW-RW mengajak warga memilah dan menabung sampah. Dengan layanan yang lebih profesional, mudah-mudahan dapat bersinergi dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Ngatiyana mengakui paradigma lama pengelolaan sampah yang hanya kumpul, angkut, buang, harus secepatnya diubah menjadi pengelolaan sampah skala kawasan dengan penekanan kepada upaya pemilahan dan pengurangan timbulan sampah di hulu.
Padahal, pembagian peran pengelolaan sampah mulai dari hulu hingga ke hilir harus diwujudkan terlebih dahulu. Karena pemerintah tidak bisa menyelesaikan permasalahan sampah tanpa melibatkan pihak lain.
Selain itu, pengelolaan sampah seperti dengan cara dibakar, ditimbun yang masih dilakukan sebagian masyarakat, sudah harus dikurangi bahkan kebiasaan itu jangan lagi dilakukan.
Karena kebiasaan itu bisa berdampak pada perubahan cuaca ekstrim. Pengelolaan sampah yang salah seperti dibakar, ditimbun, menjadi salah satu sumber emisi gas rumah kaca khususnya gas methan, yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim.
Oleh karenanya, sangat diharapkan pengeolaan sampah skala kawasan bisa diintegrasikan dengan program kampung iklim yang sudah ada di Kota Cimahi agar target pengurangan sampah dan target pengurangan gas emisi rumah kaca dapat tercapai. Salah satunya dengan meningkatkan peran bank sampah dalam pengurangan sampah dari masyarakat.
Untuk mencapai target pengurangan sampah serta pengurangan gas emisi rumah kaca, menurutnya dibutuhkan kontribusi dan kerja sama yang komprehensif dari berbagai pihak, pemerintah, pelaku usaha, institusi non pemerintah, dan seluruh elemen masyarakat. (Adv/agl)