Antispasi Bencana, BPBD Cimahi Bakal Siapkan Sistem Peringatan Dini

Peringatan dini
Kepala BPBD Cimahi, Fithriandy Kurniawan

CIMAHI, NyaringIndonesia.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berencana menghadirkan sistem peringatan dini (early warning system) guna menghadapi berbagai ancaman bencana seperti banjir, gempa bumi, dan cuaca ekstrem.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Menurut Kepala BPBD Cimahi, Fithriandy Kurniawan, pemasangan teknologi ini, dimulai dengan alat pendeteksi banjir yang akan memantau kondisi sungai sebagai upaya awal pengurangan risiko bencana.

“Rencana awalnya, di tahun 2026 kami akan mulai menerapkan sistem deteksi dini untuk potensi banjir. Selanjutnya akan kami kembangkan sesuai kebutuhan, termasuk sensor gempa, alat monitoring kualitas udara, sensor cuaca ekstrem, hingga pendeteksi sampah di aliran sungai,” ujar Fithriandy.

Ia menjelaskan bahwa sistem tersebut akan terintegrasi dengan data dan informasi dari BMKG serta lembaga-lembaga kebencanaan lainnya, sehingga masyarakat dapat menerima informasi secara cepat dan akurat.

Langkah awal yang akan dilakukan BPBD pada tahun depan adalah pemasangan alat pemantau debit air sungai di sejumlah titik rawan banjir.

Di samping itu, Fithriandy menyebutkan bahwa pihaknya juga tengah menyiapkan infrastruktur kesiapsiagaan di kawasan permukiman, seperti papan informasi peringatan, penunjuk arah jalur evakuasi, hingga lokasi titik kumpul warga jika terjadi gempa.

“Khusus di lingkungan perumahan, kami lengkapi dengan tanda-tanda evakuasi dan titik kumpul supaya warga tidak panik saat bencana terjadi, terutama saat gempa bumi,” jelasnya.

Tak hanya mengandalkan sarana fisik, sistem peringatan yang dikembangkan juga akan menghubungkan informasi langsung ke perangkat digital warga, seperti ponsel dan televisi.

“Kami sedang merancang sistem yang bisa terhubung ke ponsel pribadi warga, bahkan ke saluran TV digital. Jadi peringatan bisa langsung diterima melalui layar televisi maupun telepon genggam,” imbuh Fithriandy.

Namun, ia juga mengakui bahwa Cimahi masih memiliki kelemahan dalam hal penilaian struktur bangunan. Hingga kini belum tersedia sistem evaluasi atau verifikasi terhadap kekuatan fisik bangunan yang sudah berdiri.

“Belum ada sistem untuk memonitor atau menilai kelayakan struktur bangunan di Cimahi. Padahal, itu penting sebagai salah satu faktor penentu keselamatan saat gempa terjadi. Diperlukan kolaborasi dari semua pihak, mulai dari perencana hingga pelaksana pembangunan,” tegasnya.

Fithriandy menambahkan, meskipun pihaknya tidak bisa memprediksi kekuatan gempa secara pasti, namun kesiapan masyarakat adalah kunci utama.

“Kita tidak bisa menebak berapa kekuatan gempa yang bisa terjadi, karena kondisi alam sangat dinamis. Tapi yang penting adalah kesiapsiagaan warga, seperti di wilayah Cigugur Tengah dan Rusunawa, agar tahu langkah mitigasi dan cara evakuasi yang tepat,” katanya.

Ia pun menggarisbawahi pentingnya peran keluarga dalam upaya pengurangan dampak bencana.

“Kami dorong agar warga bisa melakukan evakuasi mandiri di tingkat keluarga. Semakin siap secara individu dan keluarga, semakin kecil risiko jatuhnya korban jiwa,” tutupnya. (Bzo)

Berita Utama