Atalia Praratya Pendidikan Tak Sekadar Bangku, Tapi Manusiawi

Pendidikan
Anggota Komisi VIII DPR RI, Atalia Praratya saat kunjungi Sekolah Rakyat di Sentra Abiyoso Cimahi

CIMAHI, NyaringIndonesia.com – Anggota Komisi VIII DPR RI, Atalia Praratya menyampaikan sejumlah catatan penting terkait sistem pendidikan di Indonesia.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Salah satu perhatian utamanya adalah pentingnya keseimbangan antara fungsi pendidikan dan program rehabilitasi sosial (rehabsos) di lembaga-lembaga milik negara.

“Saya titip pada para pengelola, khususnya agar program rehabsos tidak diabaikan. Keduanya, rehabilitasi sosial dan pendidikan, harus berjalan beriringan,” tegas Atalia, saat kunjungi sekolah rakyat di Sentra Abiyoso Cimahi. Kamis (31/07/25).

Selain itu, Atalia menyoroti permasalahan klasik dalam pendidikan formal, yakni kapasitas ruang belajar yang terlalu padat. Ia menilai, ruang kelas yang diisi lebih dari 50 siswa bukan hanya tidak ideal, tetapi juga tidak manusiawi.

“Saya menyaksikan langsung bagaimana kelas dengan 25 siswa terasa jauh lebih manusiawi. Berdasarkan kajian kementerian, idealnya satu kelas maksimal diisi oleh 36 siswa,” ungkapnya.

Menurutnya, kelas yang terlalu padat bisa berdampak negatif terhadap proses pembelajaran serta kesehatan psikologis anak.

“Bagaimana mungkin anak bisa nyaman jika harus duduk berhimpitan, dengan ruang gerak terbatas, dan suasana yang panas?” lanjut Atalia.

Ia juga mendorong sekolah-sekolah umum untuk lebih terbuka melakukan evaluasi dan pembandingan, agar tidak terjebak dalam klaim kesempurnaan sistem yang mereka miliki.

“Mari kita saling belajar dan terbuka terhadap kemungkinan perbaikan. Jangan merasa sistem yang ada sudah sempurna tanpa melalui proses refleksi,” tambahnya.

Atalia turut menyampaikan empatinya terhadap para guru di sekolah umum yang kerap kewalahan menghadapi jumlah murid yang berlebihan.

“Saya banyak mendengar curhatan dari para guru. Mengelola 25 anak saja sudah berat, apalagi jika jumlahnya dua kali lipat, di usia remaja pula. Mari kita fokus pada kualitas, bukan sekadar kuantitas,” ujarnya.

Kunjungan Atalia ke Sentra Abiyoso juga menjadi kegiatan pengawasan terhadap keberadaan Sekolah Rakyat berbasis Sentra milik Kementerian Sosial, yakni SRMA 08 di Cimahi. Sekolah ini dinilainya menghadirkan pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi bagi anak-anak yang selama ini terpinggirkan dari sistem pendidikan formal.

“Di sini saya melihat anak-anak benar-benar dimanusiakan. Mereka tinggal di tempat yang bersih, nyaman, dan rapi. Mereka juga dilatih membentuk kebiasaan-kebiasaan baik sejak dini,” jelas Atalia.

Anak-anak di Sekolah Rakyat mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasar secara utuh, makan tiga kali sehari, camilan, ruang makan yang layak, hingga fasilitas pelatihan dan teater.

Atalia menyebutnya sebagai bentuk kehadiran negara yang nyata dalam memutus rantai kemiskinan dan memberikan ruang tumbuh bagi anak-anak yang kerap terabaikan, bahkan oleh keluarganya sendiri.

“Di rumah, anak-anak ini kadang harus berbagi ruang hidup dengan banyak keluarga lain. Di sini, mereka punya ruang sendiri untuk tumbuh dengan layak,” ujar

Menutup kunjungannya, Atalia juga menekankan pentingnya penguatan nilai-nilai kebangsaan melalui pendidikan.

“Kami hadirkan Prof. Deni untuk mendorong pemahaman serta pengamalan nilai-nilai Pancasila dan 4 Pilar Kebangsaan sebagai fondasi karakter generasi muda,” tuturnya. (Bzo)

 

 

Berita Utama