GARUT, NyaringIndonesia.com – Permasalahan sampah di kawasan garut selatan menjadi momok yang menjijikan, lambatnya penanganan serta kurangnya prasarana tempat pengelolaan sampah yang akhirnya menyebabkan tingkat kesadaran masyarakat menjadi kurang memperhatikan lingkungan sekitar.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Sepanjang jalur lintasan jalan raya garut pameungpeuk terlihat sudah nampak tumpukan sampah liar tersebar di beberapa titik, mulai dari kecamatan Cihurip memasuki Cisompet sampai ke pesisir laut Pameungpeuk tampak di pinggir jalan berserakan tumpukan sampah liar tersebut sehingga terkesan tingkat kepekaan pemerintah dan masyarakat di wilayah Garut mengabaikan kelestarian lingkungan.
Bukan hanya di sepanjang akses jalan Garut Pameungpeuk timbulan sampah tampak juga dibeberapa pinggiran sungai baik sungai Cikaso ataupun Cipalebuh, sungai yang mengaliri beberapa irigasi pesawahan dan bermuara ke Leuwienis Desa Mandalakasih nampak seperti bak sampah terpanjang, hal ini akan terlihat jelas manakala musim kemarau, sampah bertebaran dan berserakan.
Timbul beberapa pertanyaan, Bagaimana pemerintah Kabupaten Garut menyikapi permasalahan ini ? Apakah Masyarakat Belum menyadari akan pentingnya hidup sehat dan bersih bijak ramah terhadap lingkungan ? Jawaban dari dua pertanyaan di atas tak jauh berbeda dengan melempar batu sembunyi tangan akhirnya menimbulkan beberapa pandangan yang akan saling menyalahkan satu sama lainnya
Hari ini kamis 23/2/23 ketika masyarakat berbondong-bondong turun ke sungai Cipalebuh mengadakan aksi bersih bersih dan di suport oleh 80 lembaga, mulai pemerintah, TNI, POLRI, Lembaga Swasta, Ormas, OKP, komunitas relawan, dab dunia pendidikan bahkan media hadir bersama sama gotong royong turun ke sungai. Kiranya ini sebuab jawaban aksi yang inti dasarnya semangat, dan nilai juang untuk mewujudkan kawasan sehat dan bersih merupakan hal prioritas dan sangatlah dibutuhkan oleh warga masyarakat Kecamatan Pameungpeuk pada hususnya umumnya warga di Kabupaten Garut.
Melihat fenomena diatas alangkah indahnya semua pemangku kepentingan duduk bersama untuk merumuskan sebuah konsep pembangunan yang berpihak pada tata kelola lingkungan hidup, sehingga kerusakan dan kerugian dari dampak sampah di buang ke tempat liar dan tidak dikelola dapat diminimalisir.
Dalam sebuah diskusi ringan, camat pameungpeuk Drs. Tatang Suryana dan para tokoh masyarakat, ketua MUI kecamatan Pameungpeuk, memandang perlu dan bersifat segera di wilayah kawasan Rt/Rw masyarakat sudah mengelola sampahnya secara mandiri, lebih tepatnya mendirikan pengelolaan sampah berbasis Bank Sampah.
Mang Ipi dalam hal ini selaku praktisi memiliki pandangan dan pendapat sama dengan obrolan diskusi tersebut, karena Ketika sampah terkelola dan termenej di tingkatan wilayah ke RTan, dapat menekan timbulan sampah yang terbuang ke tempat liar, bahkan akan menyelamatkan anggaran negara yang di tujukan untuk operasional biaya pengangkutan dan pemeliharaan sebuah TPAS Tempat Pengelolaan Akhir Sampah.
Dari sisi pandang Agama Islam jelas kebersihan adalah sebagian dari pada iman, MUI Kecamatan dalam hal ini KH. Hasan Basyari mengajak seluruh pemuka agama, ustadz mubaligh serta para ulama pemuka agama turut menyampaikan pada jamaah serta santri-santrinya untuk memulai mensosialisasikan dan menerapkan kegiatan pengolahan sampah dari sekarang, InsyaAllah ketika ummat dan ulama bergerak bersama terciptanya kebersihan akan mulai bergerak ke arah perbaikan. (Ipi)