SUKABUMI, NyaringIndonesia.com – Potensi kelimpahan ikan di Kabupaten Sukabumi, khususnya di Palabuhanratu, memacu inovasi kuliner lokal.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Ismawati dari Desa Cikadu, Kecamatan Palabuhanratu, berhasil menciptakan kuliner andalan berupa Dengdeng Ikan Layur.
Keahliannya dalam mengolah ikan Layur menjadikan produk ini sebagai oleh-oleh unggulan bagi para wisatawan yang mengunjungi Palabuhanratu.
Ismawati mengungkapkan dalam wawancara dengan Radarsukabumi bahwa Dengdeng Layur, hasil kreasinya, telah berhasil menembus pasar nasional dan bahkan internasional dalam waktu hampir 1 tahun.
Awalnya hanya sebagai camilan, namun setelah percobaan dan eksperimen, Dengdeng Layur menjadi produk kuliner khas Palabuhanratu.
Selain itu, Ismawati juga memproduksi rangginang, sistik, rembo varian, serta berbagai rasa pangsit seperti udang, terasi, hingga terasi kencur bawang.
Dengan penjualan online, produknya semakin berkembang dan dikenal, bahkan mendapat pesanan dari luar negeri seperti Dubai, Saudi, dan Malaysia melalui media sosial.
Ismawati menjelaskan dalam pembuatan Dendeng Layur memfokuskan lebih memproduksi produk kulinernya ke khas Palabuhanratu yakni dengan menggunakan bahan-bahan alami yang ada di wilayah sekitar, khususnya ikan layur sebagai bahan utamanya.
“Setiap bulannya bisa menghasilkan pendapatan mencapai 5 juta rupiah dari produksi Dengdeng, masih dijalankan dalam usaha kecil-kecilan. Alhamdulillah senang melihat produk ini digemari oleh banyak orang,” terangnya.
Adapun proses pembuatan Dengdeng ikan layur sendiri, kata Ismawati lagi membutuhkan waktu maksimal 3 hari sebelum produk jadi, diawali dari bahan dasar ikan layur yang masih segar kemudian diproses dengan dicampuri berbagai bumbu seperti lengkuas, kunyit, bawang putih, ketumbar, hingga gula jawa dan garam.
Di hari pertama, lanjutnya ikan layur dicuci bersih dan dibumbui, kemudian didiamkan semalam di dalam lemari pendingin, selanjutnya pada hari kedua ikan layur digoreng hingga setengah kering, dan dijemur dibawah terik matahari sampai benar-benar kering.
“Modal usaha awalnya hanya 250 ribu rupiah, terus berjuang dan menjadikan usahanya semakin berkembang hingga dapat bersaing dipasaran,” paparnya.
“Semoga ini bisa terus berkembang, terus melestarikan dan mengembangkan potensi kuliner khas daerah Palabuhanratu dan juga dapat mengangkat nama daerah mereka di kancah nasional dan internasional,” tandasnya