Jakarta, NyaringIndonesia.com – Direktur Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI), Adi Nuryanto, mengungkapkan bahwa jumlah angkatan kerja Indonesia saat ini sekitar 140 juta orang.
Angkatan kerja ini tersebar di berbagai sektor, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta perusahaan besar. Menariknya, sebagian besar angkatan kerja Indonesia bekerja di sektor UMKM, dengan perbandingan yang sangat mencolok, yaitu 99% di UMKM dan hanya 1% di perusahaan besar.
“Angkatan kerja kita total sekitar 140 juta orang. Dari jumlah tersebut, 99% bekerja di UMKM, sedangkan sekitar 3 juta orang atau kurang dari 1% bekerja di perusahaan besar,” ujar Adi dalam acara Vocationomics di Hotel Pullman Jakarta Central Park, Jakarta Barat.
UMKM Menyediakan 99,9% Lapangan Kerja
Adi menjelaskan bahwa angkatan kerja merujuk pada populasi usia produktif yang siap bekerja. Indonesia, hingga saat ini, masih termasuk negara dengan proporsi tenaga kerja tertinggi yang bekerja di sektor mikro.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor informal atau usaha kecil dengan modal terbatas, yang berbeda jauh dengan negara-negara maju. Di negara maju, proporsi pekerja lebih merata di berbagai skala usaha, baik mikro, kecil, menengah, maupun besar.
“Hal ini menunjukkan bahwa struktur ekonomi di negara maju lebih terdiversifikasi dan didominasi oleh perusahaan besar dalam menyerap tenaga kerja,” ungkap Adi.
Karena dominasi sektor mikro, UMKM di Indonesia berperan besar dalam penyediaan lapangan kerja. Setidaknya 99,9% lapangan kerja di Indonesia berasal dari sektor UMKM.
“Sebagai gambaran, UMKM menyediakan 99,9% lapangan kerja, dengan 96,9% tenaga kerja nasional terserap di sektor ini,” jelas Adi.
Indonesia Masih Bergantung pada Sektor Informal
Meski sektor UMKM menyediakan lapangan kerja dalam jumlah besar, Adi menjelaskan adanya perbedaan mencolok antara struktur industri Indonesia dan negara maju. Perbedaan utama terletak pada tingginya proporsi pekerja di sektor menengah dan besar di negara maju, yang mencerminkan industrialisasi yang kuat.
“Perusahaan besar di negara maju memiliki kapasitas lebih besar untuk menciptakan lapangan kerja formal. Sementara itu, negara berkembang seperti Indonesia cenderung didominasi oleh usaha mikro,” tambahnya.
Dominasi usaha mikro ini menandakan bahwa industri Indonesia masih bergantung pada sektor informal, yang bisa mempengaruhi stabilitas pekerjaan, perlindungan tenaga kerja, dan produktivitas nasional.
“Sektor mikro cenderung memiliki produktivitas lebih rendah dibandingkan sektor kecil, menengah, dan besar. Hal ini dapat mempengaruhi daya saing Indonesia di pasar internasional,” pungkas Adi. (rdw/NI)