Jakarta, NyaringIndonesia.com – Nama Najwa Shihab kembali menjadi perbincangan panas di media sosial X. Perbincangan ini berawal dari salah satu akun base di X yang menanyakan alasan mengapa sosok jurnalis yang dikenal kritis ini akhir-akhir ini kerap menerima banyak kritik dan hujatan.
Najwa, yang sering dijuluki “Nana” oleh para penggemarnya, selama ini dikenal sebagai jurnalis dan pembawa acara yang tidak ragu menyuarakan kritik tajamnya terhadap isu-isu sosial dan politik di Indonesia. Namun, belakangan ini, pandangan publik tampaknya terbagi terkait pandangan dan pendapatnya.
Tidak berhenti di situ, kontroversi ini semakin memanas setelah salah satu pengguna TikTok mengunggah video yang menunjukkan aksi membakar buku karya Najwa Shihab, Catatan Najwa.
Tindakan ini langsung memicu reaksi publik yang beragam. Banyak yang mempertanyakan alasan di balik aksi pembakaran buku yang berisi refleksi Najwa terkait isu-isu politik dan sosial yang kritis ini.
“Ini kenapa buku mba Najwa Shihab dibakar gini deh? Lihat komenannya juga pada ngatain katanya Mba Nana orang yg numpang dari Yaman blablabla gitu lahh, emang salah apa dah perasaan Mba Nana gak pernah aneh,” tulis seorang pengguna X dengan nama akun @tanyakanrl.
Buku Catatan Najwa, yang pertama kali dirilis beberapa waktu lalu, menjadi sarana bagi Najwa untuk mengutarakan pandangannya terkait isu-isu penting di Indonesia.
Dalam buku ini, Najwa membahas sejumlah isu mulai dari korupsi, kebijakan pemerintah yang kontroversial, hingga berbagai permasalahan sosial dengan gaya bahasa yang lugas dan tajam.
Buku ini pun sering mendapat pujian dari masyarakat yang merasa bahwa suaranya merepresentasikan keresahan publik. Namun, tampaknya tidak semua pihak sepakat dengan pandangan Najwa, terutama ketika ada yang merasa bahwa kritiknya terlalu tajam atau bahkan menyinggung.
Merespons insiden ini, beberapa pengguna X mencoba menguraikan kemungkinan alasan di balik hujatan yang dialamatkan kepada Najwa Shihab belakangan ini.
Mereka berpendapat bahwa sikap dan gaya Najwa dalam mengkritik kebijakan publik yang cenderung lantang bisa saja membuat sebagian kalangan merasa tersinggung.
Beberapa dari mereka juga mencurigai adanya sentimen pribadi atau kecenderungan kelompok tertentu yang memang tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dibawa oleh Najwa dalam pekerjaannya sebagai jurnalis.
“Najwa Shihab itu kan memang nggak pernah basa-basi kalau bicara. Mungkin beberapa orang ngerasa tersinggung karena kritiknya terlalu langsung, dan mereka ngerasa kayak diserang,” tulis seorang pengguna.
Beberapa netizen lain menambahkan bahwa kritik pedas Najwa Shihab kadang dianggap provokatif dan mengarah ke agenda politik tertentu, meski hal ini tidak terbukti secara faktual.
Namun, tidak sedikit juga yang mendukung Najwa Shihab. Bagi para pendukungnya, Najwa dianggap sebagai suara berani di tengah hiruk-pikuk isu politik dan sosial yang kerap diwarnai polemik.
Mereka melihat Najwa sebagai sosok yang berani menyampaikan kebenaran yang mungkin sulit diungkapkan oleh jurnalis lain, mengingat ketatnya tekanan sosial dan politik.
Para pendukungnya merasa bahwa kritik yang diterimanya adalah bukti keberanian Najwa untuk tetap menyuarakan ketidakadilan dan kejanggalan yang terjadi di sekitar.
“Buku dibakar dan dia dihujat? Itu malah bukti bahwa Nana itu punya pengaruh besar. Yang berani suarakan kebenaran memang pasti dilawan, tapi Nana tetap berdiri di sana,” ungkap seorang netizen lainnya.
Beberapa dari mereka bahkan menganggap bahwa pembakaran buku Catatan Najwa adalah aksi yang mencederai kebebasan berekspresi, mengingat buku tersebut hanyalah salah satu medium bagi Najwa untuk berbagi pandangannya.
Fenomena ini menjadi refleksi yang lebih dalam tentang sikap masyarakat dalam menerima kritik dan perspektif berbeda. Najwa Shihab dengan segala kiprahnya sebagai jurnalis memang tidak bisa dilepaskan dari berbagai kontroversi dan pro-kontra.
Di satu sisi, ia dihargai karena menyuarakan isu-isu krusial tanpa pandang bulu, tetapi di sisi lain, pandangan-pandangannya kadang dianggap terlalu menyinggung pihak-pihak tertentu yang mungkin merasa tidak diuntungkan oleh kritiknya.
Hingga kini, Najwa sendiri belum mengeluarkan pernyataan terkait pembakaran bukunya ataupun hujatan-hujatan yang muncul di media sosial. Namun, berdasarkan jejak kariernya yang konsisten dalam menyuarakan kritik, tampaknya jurnalis senior ini akan terus melangkah sesuai prinsip yang dipegangnya.
Baginya, mengungkap kebenaran dan menyuarakan aspirasi rakyat mungkin memiliki risiko besar, termasuk menjadi sasaran hujatan publik.
Dengan mencuatnya peristiwa ini, perhatian publik semakin terpusat pada Najwa Shihab, bukan hanya sebagai sosok pribadi, tetapi sebagai simbol jurnalis yang berani menyampaikan kritik di tengah hiruk-pikuk isu nasional.
Aksi pembakaran buku Catatan Najwa telah membuka diskusi yang lebih luas mengenai kebebasan berekspresi dan bagaimana masyarakat merespons kritik dalam ruang publik.
*Disclaimer:
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.
Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News