Bandung, NyaringIndonesia.com – Peristiwa ini terjadi Pada Senin malam, 22 September 2025, masyarakat di wilayah Jawa Barat melaporkan adanya fenomena petir yang tampak menyala-nyala di dalam awan.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Berdasarkan analisis awal, fenomena tersebut merupakan petir dalam awan (intra-cloud lightning) yang terjadi pada awan Cumulonimbus. Kilatan cahaya terlihat jelas menerangi langit, meskipun tidak selalu diikuti suara guntur yang keras.
Tidak hanya di Bandung Cimahi, fenomena serupa juga ramai direkam warga di Kecamatan Majalaya, Baleendah, dan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung pada waktu ba’da Maghrib.
Berdasarkan pantauan satelit cuaca, awan Cumulonimbus terdeteksi terbentuk di wilayah Bogor, bergerak ke arah perbatasan Banten, kemudian disusul dengan kemunculan awan Cumulonimbus di Sukabumi.
Kondisi atmosfer tersebut menunjukkan aktivitas konvektif yang cukup tinggi di kawasan Jawa Barat bagian tengah hingga barat.
Fenomena petir dalam awan terjadi akibat akumulasi dan perbedaan muatan listrik di dalam awan badai. Kristal es bermuatan positif terbawa ke puncak awan, sementara butiran air dan es yang lebih berat bermuatan negatif berkumpul di bagian bawah awan.
Ketidakseimbangan muatan ini menimbulkan pelepasan energi listrik di dalam awan, sehingga muncul kilatan cahaya yang dikenal sebagai intra-cloud lightning atau sheet lightning.
Fenomena ini merupakan kejadian alamiah yang umum terjadi di wilayah tropis, termasuk Indonesia. Secara umum, petir dalam awan tidak menimbulkan dampak langsung seperti sambaran petir ke tanah. Namun, keberadaan awan Cumulonimbus yang memunculkan petir ini tetap berpotensi disertai hujan deras, angin kencang, dan sambaran petir ke permukaan bumi.
Awan Columbus, atau lebih tepatnya awan kumulonimbus (Cumulonimbus), adalah awan vertikal yang sangat padat, menjulang tinggi, dan sering kali menghasilkan badai petir, hujan lebat, angin kencang, serta hujan es dan tornado. Awan ini terbentuk dari pengembangan awan kumulus yang membawa uap air ke atmosfer atas, di mana uap air tersebut membeku menjadi kristal es dan dapat menyebabkan petir. Awan kumulonimbus dikenal juga sebagai “thunderhead” (kepala guntur) karena hubungannya yang erat dengan cuaca badai.
==================
Disclaimer:
Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.
Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News