Gang Sempit Dicimahi Jadi Kampung Anggur

Ketua KWT Rosela, Nurfitri

CIMAHI – NyaringIndonesia.com – Di sela-sela padatnya permukiman RW 04 Kelurahan Cimahi, terdapat pemandangan tak biasa deretan tanaman anggur merambat rapi di sepanjang gang sempit, menciptakan lorong hijau yang subur dan produktif. Warga menyebutnya “Kampung Anggur Rosela” sebuah inisiatif berbasis komunitas yang dipelopori oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Rosela.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Tidak hanya menanam anggur, para ibu di balik KWT Rosela juga mengembangkan berbagai produk olahan kreatif berbahan dasar tanaman ini. Mulai dari cheesestick daun anggur, es lumut, puding anggur, hingga dimsum dengan balutan daun anggur, seluruhnya diproduksi secara kolektif oleh para anggota.

“Fokus kami sebenarnya bukan pada buah, melainkan pembibitan. Jadi tidak semua tanaman kami buahkan. Jenisnya pun banyak, sekitar 54, meski yang aktif ditanam sekitar 20,” ujar Ketua KWT Rosela, Nurfitri, saat ditemui di kebun, Rabu 30 Juli 2025.

Perawatan tanaman anggur, menurutnya, membutuhkan perhatian khusus. Paparan hujan langsung bisa merusak tanaman, sementara sinar matahari harus cukup. Semua pupuk yang digunakan pun bersifat organik, mulai dari masa vegetatif hingga generatif.

Untuk produk olahan, Nurfitri menyebut penjualan kini mengandalkan sistem pre-order atau bazar. “Dulu sempat rutin dijual, tapi sekarang menyesuaikan tenaga ibu-ibu. Kalau ada event atau bazar, baru kami produksi besar,” jelasnya. Dari hasil usaha ini, omset bisa mencapai Rp1 juta per bulan, walau tidak selalu stabil.

Dukungan dari Pemerintah Kota Cimahi turut menghidupkan kegiatan ini, terutama dalam bentuk partisipasi saat bazar dan event kewirausahaan. “Kalau ada bazar, Pemkot suka pesan produk kita juga,” tambahnya.

Zulkifli (58), pengelola Kampung Anggur Rosela, mengungkapkan bahwa gagasan awal muncul dari ide Ketua RT setempat pada tahun 2022. Gayung bersambut, warga mendukung penuh hingga kawasan ini berkembang menjadi kampung tematik yang bahkan sempat dikunjungi Wali Kota Cimahi saat panen pertama.

“Anggur itu tanaman yang dianggap ‘kelas atas’. Tapi dengan pengelolaan yang tepat, warga biasa pun bisa menanam dan menghasilkan,” ujarnya. Tantangan terbesar, kata Zulkifli, bukan pada panen, melainkan pada ketekunan perawatan harian  mulai dari pemupukan, pengendalian hama, hingga pengaturan cuaca.

Saat ini, terdapat sekitar 14 titik kebun aktif dan enam titik pembibitan yang tersebar di sepanjang gang sepanjang lebih dari 100 meter. Bibit anggur dijual mulai dari Rp100.000 hingga Rp300.000 tergantung jenis, dan buah anggur segar bisa dipetik langsung oleh pengunjung dengan harga Rp100.000 per kilogram.

Zulkifli menekankan bahwa keunggulan Kampung Anggur Rosela bukan hanya pada kualitas bibit, tetapi juga pada komitmen pendampingan. “Kita nggak cuma jual. Pembeli bisa konsultasi, bahkan dipantau sampai tanamannya berbuah,” tuturnya.

Lebih dari sekadar kebun kota, Kampung Anggur Rosela telah tumbuh menjadi ruang hidup warga memadukan kemandirian ekonomi, kreativitas lokal, dan semangat gotong royong. Di balik dinding rumah dan gang-gang sempit, warga Cimahi membuktikan bahwa pertanian produktif tetap mungkin tumbuh di tengah kota.

Berita Utama