Perumahan ARHASS VILLA

Inovasi Lingkungan: Mengenal Lebih Dekat Sistem Planter Komposter

Ilustrasi Kompos
Ilustrasi Kompos
CIMAHI, NyaringIndonesia.com – Planter komposter adalah sebuah sistem atau wadah yang dirancang untuk mengolah sampah organik menjadi kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Ini biasanya terdiri dari tong atau wadah yang dilengkapi dengan ventilasi untuk memfasilitasi dekomposisi sampah.

Selain itu, planter komposter seringkali memiliki desain yang estetis dan dapat digunakan sebagai tempat menanam tanaman, sehingga mengintegrasikan fungsi pengolahan sampah organik dengan estetika taman atau kebun. Berikut adalah contoh sederhana dari sebuah planter komposter yang dapat di buat sendiri:

**Bahan yang Diperlukan:**

  1. Sebuah tong plastik atau bak besar yang dapat menampung sampah organik.
  2. Bor untuk membuat lubang drainase.
  3. Bahan penyerap seperti serpihan kayu atau batu kerikil.
  4. Bahan organik untuk kompos, seperti sisa sayuran, daun, atau jerami.
  5. Starter kompos atau kompos matang (opsional).

**Langkah-langkah:**

  1. Bor lubang-lubang kecil di bagian bawah tong untuk drainase.
  2. Letakkan lapisan bahan penyerap di dasar tong.
  3. Mulailah dengan menambahkan lapisan bahan organik, seperti sisa sayuran, daun, atau jerami.
  4. Jika Anda memiliki starter kompos atau kompos matang, tambahkan sedikit sebagai akselerator dekomposisi.
  5. Lanjutkan dengan menambahkan lapisan berikutnya dari bahan organik, bergantian antara bahan hijau dan coklat.
  6. Aduk bahan secara teratur untuk memastikan sirkulasi udara yang baik.
  7. Siram dengan sedikit air jika bahan terlalu kering.
  8. Tutup tong dan biarkan proses dekomposisi berlangsung.
  9. Secara berkala, aduk bahan dan per.

Pastikan untuk menempatkan planter komposter di tempat yang terjangkau dan mudah diakses untuk memudahkan pengisian dan pengeluaran kompos. Selain itu, pastikan untuk menjaga keseimbangan bahan organik yang Anda masukkan agar proses dekomposisi berjalan dengan baik.

Ada berbagai jenis bahan organik untuk planter komposter. Berikut adalah beberapa contoh bahan yang umumnya digunakan:

  1. **Sisa Sayuran dan Buah**: Kulit, daun, batang, dan sisa-sisa sayuran dan buah yang tidak dimakan.
  2. **Daun Kering**: Daun kering dari pohon-pohon di halaman Anda atau daun-daun yang Anda kumpulkan dari sekitar tempat tinggal.

3 **Rumput Kering**: Rumput kering yang Anda potong dari halaman atau kebun.

  1. **Jerami atau Serpihan Kayu**: Jerami atau serpihan kayu dapat digunakan sebagai bahan coklat untuk menciptakan keseimbangan karbon dan nitrogen yang baik.
  2. **Sisa Tanaman**: Sisa-sisa tanaman dari kebun atau pot tanaman Anda yang telah selesai dipanen.
  3. **Kertas**: Kertas bekas seperti kertas koran, kertas daur ulang, atau kertas kantoran yang tidak terpakai.
  4. **Sisa Kotoran Hewan**: Kotoran hewan seperti kotoran kambing, kelinci, atau ayam dapat dimasukkan ke dalam planter komposter jika Anda memiliki akses ke sumber tersebut.
  5. **Serbuk Gergaji**: Jika Anda memiliki akses ke serbuk gergaji kayu bersih, ini juga dapat digunakan sebagai bahan coklat.

Pastikan untuk menghindari memasukkan bahan-bahan yang tidak dapat terurai, seperti plastik, logam, atau bahan kimia beracun ke dalam planter komposter.. Semakin bervariasi bahan organik yang dimasukkan, semakin baik Kompos yang akan dihasilkan karena akan menciptakan keseimbangan nutrisi yang baik.

Sistem planter komposter telah diterapkan di banyak negara di seluruh dunia sebagai cara yang ramah lingkungan untuk mengelola sampah organik dan menghasilkan pupuk tanaman yang berguna. Beberapa negara yang telah mengadopsi sistem ini termasuk:

  1. Amerika Serikat: Planter komposter telah populer di berbagai wilayah di Amerika Serikat, terutama di komunitas-komunitas yang peduli lingkungan dan berusaha untuk mengurangi sampah.
  2. Kanada: Di beberapa kota di Kanada, seperti Vancouver dan Montreal, planter komposter telah diadopsi sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan daur ulang dan mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir.
  3. Eropa: Negara-negara di Eropa, termasuk Belanda, Jerman, dan Swedia, telah menerapkan planter komposter sebagai salah satu strategi pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga dan komunitas.
  4. Australia: Di beberapa kota di Australia, seperti Melbourne dan Sydney, penduduk telah mengadopsi sistem planter komposter sebagai cara untuk mengurangi sampah dan memproduksi pupuk organik untuk kebun mereka.
  5. Jepang: Jepang telah mengadopsi berbagai teknologi ramah lingkungan, termasuk sistem planter komposter, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan pengelolaan sampah dan meminimalkan dampak lingkungan.
  6. Korea Selatan: Di Korea Selatan, planter komposter telah digunakan di beberapa komunitas sebagai cara untuk mengolah sampah organik dan memproduksi pupuk untuk digunakan kembali dalam pertanian.

Ini hanya beberapa contoh negara di mana sistem planter komposter telah digunakan. Prinsip-prinsip pengelolaan sampah organik ini dapat diterapkan di mana saja di dunia, tergantung pada kesadaran lingkungan dan infrastruktur yang tersedia.

 

Berita Utama

Scroll to Top