Keputusan Erick Thohir Pecat Shin Tae-yong Kembali Jadi Sorotan

PSSI
Mantan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong

Cimahi, NyaringIndonesia.com – Keputusan mengejutkan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, untuk memecat pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, kini menjadi sorotan besar di dunia sepak bola tanah air. Langkah ini dianggap terburu-buru dan penuh risiko, mengingat dampaknya yang tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga mengguncang fondasi performa Timnas Indonesia yang telah dibangun selama empat tahun terakhir.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Effendi Siahaan, pelatih Sekolah Sepak Bola (SSB) Biru Alap-Alap, adalah salah satu yang paling lantang mengkritik keputusan tersebut. Dalam komentarnya usai menyaksikan podcast Valentino Jebret di kanal Tio TV pada Jumat, 24 Oktober 2025, Effendi menilai keputusan Erick Thohir terkesan tidak matang dan mengabaikan proses yang telah dijalankan oleh Shin Tae-yong selama ini.

Menurut Effendi, obrolan yang melibatkan Valentino Jebret dan mantan pemain legendaris Belanda, Patrick Kluivert, menunjukkan adanya indikasi bahwa PSSI telah mulai melakukan perekrutan pelatih baru, bahkan sebelum kontrak Shin Tae-yong berakhir. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa PSSI sudah menyiapkan pengganti Shin, meskipun pelatih asal Korea Selatan itu masih aktif menukangi skuad Garuda.

“Jika seseorang masih bekerja untukmu, tapi kamu sudah membuka wawancara untuk penggantinya di bulan yang sama, itu bukan keputusan yang pantas. Itu langkah yang tidak profesional dan merusak moral tim,” tegas Valentino Jebret dalam perbincangan yang viral di media sosial.

Selain kontroversi tersebut, dampak finansial dari pemecatan Shin Tae-yong juga cukup signifikan. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh mantan anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga, federasi harus menanggung kompensasi pemutusan kontrak senilai puluhan miliar rupiah, yang mencakup gaji tersisa, bonus yang belum dibayarkan, serta biaya penalti sesuai kesepakatan kontrak internasional.

Namun, kerugian finansial bukan satu-satunya masalah yang muncul. Sejak kepergian Shin Tae-yong, performa Timnas Indonesia mengalami penurunan yang cukup drastis. Kedisiplinan, intensitas latihan, hingga semangat juang pemain terlihat menurun. Padahal, di bawah asuhan Shin, Timnas Indonesia dikenal memiliki daya juang tinggi dan mampu menahan bahkan menandingi tim-tim besar Asia seperti Arab Saudi, Australia, dan Jepang.

Sebelum diberhentikan, Shin berhasil membawa Indonesia ke posisi atas klasemen kualifikasi Piala Dunia Asia. Dia juga sukses menciptakan harmoni dalam tim yang dihuni banyak pemain muda, beberapa di antaranya kini menjadi tulang punggung klub-klub top Asia Tenggara. “Kita sebenarnya sedang berada di jalur yang benar. Tapi keputusan ini seperti memutus proses panjang yang penuh perjuangan,” ujar Effendi dengan nada kecewa.

Patrick Kluivert, yang kini ditunjuk sebagai pelatih baru, datang dengan ekspektasi tinggi. Namun, sejauh ini hasil yang ditunjukkan belum sebanding dengan biaya besar yang dikeluarkan. Di bawah asuhannya, permainan Indonesia dianggap kehilangan identitas. Tidak ada lagi pressing cepat dan serangan terorganisir yang menjadi ciri khas era Shin Tae-yong.

Effendi menilai, sejak awal Kluivert tampak tidak memahami kultur sepak bola Indonesia. “Dia datang dengan nama besar, tapi tanpa strategi yang cocok. Para pemain terlihat kebingungan di lapangan. Kita bukan hanya kehilangan pelatih, tapi juga kehilangan arah permainan,” tegasnya.

Selain aspek teknis, Shin Tae-yong juga dikenal sebagai sosok yang mampu membentuk karakter pemain. Ia menanamkan nilai disiplin, etos kerja tinggi, serta semangat pantang menyerah yang sangat dibutuhkan dalam sepak bola modern. Ia tak segan menegur pemain yang terlambat latihan dan bahkan mencoret nama besar yang tidak menunjukkan dedikasi maksimal. Sistem yang diterapkannya mengombinasikan gaya bermain Korea yang cepat dengan karakter pemain Indonesia yang kreatif.

Warisan Shin Tae-yong tak hanya terbatas pada hasil, tetapi juga filosofi yang ia tanamkan. Selama kepemimpinannya, Timnas Indonesia sempat menembus semifinal Piala Asia U-23 dan mencatatkan kemenangan bersejarah atas tim-tim kuat di kawasan ASEAN. Kini, semua pencapaian tersebut terasa seperti angin lalu.

Keputusan pemecatan Shin Tae-yong ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan publik. Banyak yang menilai bahwa PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir lebih berfokus pada citra dan keputusan jangka pendek tanpa memperhatikan kesinambungan program pembinaan yang telah berjalan. “Seharusnya PSSI menjaga kesinambungan. Kita tidak sedang butuh revolusi, tapi evolusi. Apa yang dibangun Shin seharusnya dilanjutkan, bukan diakhiri tiba-tiba,” ujar Effendi.

Langkah ini juga meninggalkan luka mendalam bagi penggemar sepak bola Indonesia, yang merasa bahwa pemecatan Shin Tae-yong merupakan kemunduran besar dalam perjalanan Timnas menuju level dunia. Kini, publik menanti apakah Erick Thohir mampu memperbaiki situasi atau justru memperburuk krisis kepercayaan terhadap federasi.

 

==================

Disclaimer:

Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.

Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News

Berita Utama