Masjid Baiturrahmah KH Usman Dhomiri: Warisan Sejarah, Perjuangan, dan Spirit Keislaman di Cimahi

Cimahi, NyaringIndonesia.com – Di tengah hiruk pikuk perkembangan Kota Cimahi, berdiri sebuah masjid bersejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia. Masjid Baiturrahmah KH Usman Dhomiri, yang dibangun sekitar tahun 1938, bukan hanya tempat beribadah, tetapi juga pusat strategi perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Jejak Perjuangan di Tanah Suci Cimahi

Masjid ini didirikan oleh ulama karismatik KH Usman Dhomiri, tokoh yang juga dikenal sebagai pelopor pembentukan Laskar Hizbullah. Dari sinilah beliau bersama para santri merancang taktik perjuangan melawan kolonial.

Dalam catatan sejarah, masjid ini bahkan pernah diserang dengan mortir oleh pasukan Belanda. Namun, secara mengejutkan, peluru mortir yang mendarat di kawasan masjid dilaporkan tak meledak. Peristiwa itu menambah aura sakral sekaligus memperkuat keyakinan masyarakat bahwa masjid ini memiliki perlindungan Ilahi.

Arsitektur Penuh Karakter

Bangunan masjid berdiri di atas lahan seluas 2.010 m², dengan luas bangunan mencapai 375 m². Terletak di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut, masjid dua lantai ini tampil megah dengan enam kubah.

Arsitekturnya merupakan perpaduan gaya Art Deco dan sentuhan khas Timur Tengah. Material pembangunannya menggunakan bata, semen, pasir, batu kali, hingga besi-baja yang menunjukkan kekuatan dan ketahanan struktur meski telah berusia hampir satu abad.

KH Usman Dhomiri: Ulama, Pejuang, dan Mursyid Tarekat

KH Usman Dhomiri lahir sekitar tahun 1870 di Hadramaut, Yaman Selatan. Ayahnya, Syeikh Yahya, menikah dengan putri bangsawan Keraton Yogyakarta. Dari latar belakang keluarga religius dan bangsawan inilah, KH Usman tumbuh menjadi ulama besar dengan reputasi luas.

Ia menimba ilmu agama dan tarekat di Timur Tengah hingga menjadi mursyid 41 tarekat, sebelum akhirnya memilih berkhidmat pada Tarekat Tijaniyah. Karismanya membuatnya dihormati tak hanya oleh kalangan pesantren, tetapi juga para tokoh nasional. Tercatat, HOS Tjokroaminoto hingga Soekarno pernah menjalin pertemuan dengannya di Cimahi.

Benteng Santri Melawan Penjajah

Di masa penjajahan Belanda dan Jepang, KH Usman Dhomiri menjadi penggerak utama Laskar Hizbullah. Masjid Baiturrahmah menjadi pusat perlawanan dan basis kekuatan spiritual sekaligus militer para santri.

Dalam beberapa pertempuran, sejumlah santri gugur sebagai syuhada, mengorbankan nyawa demi mempertahankan martabat bangsa. Semangat jihad dan pengorbanan mereka hingga kini menjadi bagian dari narasi perjuangan rakyat Cimahi.

Warisan Abadi

KH Usman Dhomiri wafat pada 1955, dan dimakamkan di kompleks dekat masjid bersama keluarganya. Makam tersebut kini menjadi salah satu tujuan ziarah, terutama di bulan Ramadan, sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan dedikasinya.

Kini, Masjid Baiturrahmah dikelola dengan baik oleh Yayasan Keluarga Besar KH Usman Dhomiri. Kondisinya tetap terawat, menjadi pusat ibadah sekaligus simbol warisan sejarah yang tak ternilai bagi masyarakat Cimahi.

Penopang Identitas Kota Cimahi

Masjid Baiturrahmah bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga penopang identitas Cimahi sebagai kota yang lahir dan tumbuh di atas fondasi perjuangan serta spiritualitas. Dari tempat inilah masyarakat belajar bahwa ibadah, ilmu, dan perjuangan dapat berpadu untuk melahirkan kekuatan besar bagi bangsa.

Masjid ini berdiri tegak sebagai monumen hidup, pengingat bahwa kemerdekaan diraih bukan hanya dengan senjata, tetapi juga dengan doa, keimanan, dan keberanian para ulama serta santrinya.

==================

Disclaimer:

Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.

Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News

Berita Utama