CIMAHI, NyaringIndonesia.com – Menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim sepanjang hayat. Namun, dalam perjalanan panjang tersebut, seorang penuntut ilmu sering mengalami dinamika batin yang mencerminkan tingkat pemahaman dan kedewasaan dalam memaknai ilmu itu sendiri.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Setidaknya ada empat fase utama yang kerap dilalui oleh seseorang ketika meniti jalan ilmu.
Fase pertama:
Ketika seseorang baru mulai mendapatkan ilmu, seringkali muncul perasaan bangga bahkan superior. Di fase ini, pengetahuan yang baru ia serap membuatnya merasa lebih tahu dibandingkan orang lain.
Tak jarang, sikap ini melahirkan kesombongan akademis, karena ia merasa telah menguasai banyak hal.
Fase kedua:
Namun seiring waktu, ketika cakrawala ilmunya semakin terbuka, ia mulai menyadari bahwa masih banyak bidang ilmu lain yang belum ia kuasai.
Ia merasakan adanya kekurangan dalam dirinya, serta menyadari bahwa ilmunya hanyalah sebagian kecil dari lautan ilmu yang tersedia. Rasa haus akan ilmu pun semakin besar.
Fase ketiga:
Memasuki fase ketiga, pemahaman seseorang semakin mendalam. Ia menyadari bahwa ilmu yang belum diketahuinya jauh lebih banyak daripada yang sudah ia pelajari.
Di tahap ini, muncul kerendahan hati yang tulus, disertai rasa kagum akan keluasan ilmu yang Allah ciptakan.
Fase keempat:
Pada fase paling matang, seseorang akan sampai pada titik kesadaran bahwa dirinya sebenarnya tak mengetahui apa-apa. Ia mengakui betapa dirinya kecil di hadapan keluasan ilmu Allah SWT. Bukan berarti ia benar-benar bodoh, namun kesadaran ini lahir dari pemahaman akan keterbatasan akal manusia dibanding ilmu Allah yang Maha Luas.
Fenomena ini diisyaratkan dalam firman Allah SWT:
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”
(QS. Al-Isra: 85)
Para ulama pun kerap mengingatkan pentingnya menjaga adab dalam menuntut ilmu. Semakin berilmu seseorang, seharusnya semakin besar pula rasa tawadhu dan kehati-hatiannya dalam berbicara dan bertindak. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)
Seorangg pakar pendidikan Islam, mengatakan bahwa fenomena ini menjadi pengingat penting agar para penuntut ilmu tidak terjebak pada kesombongan intelektual.
“Ilmu yang benar akan melahirkan adab. Jika ilmunya benar, maka semakin tinggi ilmunya, akan semakin rendah hatinya. Karena ia sadar, ilmu Allah takkan pernah habis untuk dipelajari,” ujarnya.
Dengan memahami fase-fase tersebut, para penuntut ilmu diharapkan mampu menjaga keikhlasan, memperbaiki adab, serta terus menumbuhkan semangat belajar hingga akhir hayat. (Tim)