Lampung, NyaringIndonesia.com – Pada usia 114 tahun, Muhamat Amin, seorang veteran perang yang pernah membawa tandu Jenderal Soedirman selama perang gerilya melawan pasukan kolonial Belanda, hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Tinggal di sebuah rumah kayu bobrok di Desa Brawijaya, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, kehidupannya jauh dari layak, terutama mengingat warisan pengabdiannya.
Mbah Jumarin, begitu ia dipanggil oleh warga setempat, menghabiskan masa tuanya di rumah berukuran 10 kali 10 meter yang hampir tidak terlindung dari cuaca. Dinding rumahnya terbuat dari papan kayu yang sudah lapuk, dan tempat tinggal ini tidak memberikan banyak kenyamanan, jauh dari standar hidup yang seharusnya.
Lahir pada tahun 1910, Muhamat Amin bergabung dalam perjuangan melawan kolonial Belanda pada usia 18 tahun. Selama masa perang,
ia berperan penting sebagai pembawa tandu Jenderal Soedirman, salah satu tokoh utama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Hingga kini, meskipun usianya sudah sangat lanjut, ia masih dengan bangga mengenakan seragam militer yang dipenuhi medali sebagai tanda pengabdian yang tak ternilai.
Jenderal Soedirman, yang lahir pada tahun 1916 di Purbalingga, Jawa Tengah, adalah pahlawan nasional Indonesia yang dikenal atas kepemimpinannya dalam Revolusi Nasional Indonesia. Sebagai panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), ia terkenal dengan taktik gerilya yang dijalankannya meski kondisi kesehatan yang buruk. Soedirman menderita tuberkulosis, yang akhirnya menyebabkan kematiannya pada tahun 1950.
Muhamat Amin berperang bersama Jenderal Soedirman di berbagai medan, termasuk Ambulu di Jember dan Banyuwangi di Jawa Timur.
โSaya bertempur di Ambulu di Jember dan pertarungan terakhir saya di Banyuwangi,โ ungkapnya melansir dari Beritasatu.com.
Namun, meskipun telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada negara, kondisi kehidupannya kini sangat memprihatinkan. Pensiun bulanan yang diterima Muhamat Amin tidak cukup untuk merenovasi rumahnya yang hampir roboh.
Upaya masyarakat Desa Brawijaya untuk mendapatkan bantuan pemerintah juga belum membuahkan hasil. Dua usulan renovasi rumahnya melalui program perbaikan perumahan telah diajukan, tetapi belum ada tindakan nyata yang diambil.
Muhamat Amin berharap agar ada bantuan yang datang untuk merenovasi rumah kayunya. Keinginannya sederhanaโmenjalani sisa hidupnya dengan martabat di rumah yang layak.
Harapannya adalah bahwa seorang dermawan atau bantuan dari pemerintah akan memberinya rumah yang aman dan nyaman, sebagai penghargaan atas pengabdiannya selama puluhan tahun kepada Indonesia.