Netanyahu Disambut Aksi Unjuk Rasa di New York Jelang Pidato di Sidang Umum PBB

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disambut gelombang unjuk rasa sesaat setelah tiba di Kota New York, Amerika Serikat

New York, NyaringIndonesia.com – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disambut gelombang unjuk rasa sesaat setelah tiba di Kota New York, Amerika Serikat, pada Kamis (25/9/2025). Ia hadir untuk menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan dijadwalkan berpidato pada Jumat, 26 September 2025.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Sejumlah demonstran berkumpul di luar hotel tempat Netanyahu menginap di Manhattan. Mereka menggelar protes sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan Netanyahu, terutama terkait perang yang terus berlangsung di Jalur Gaza dan isu para sandera yang belum dibebaskan.

Mengutip The Times of Israel, para demonstran membawa spanduk bertuliskan:

  • “Selamatkan Israel dari Netanyahu”
  • “Hentikan Perang”
  • “Bebaskan Semua Sandera”

Mereka juga meneriakkan yel-yel seperti “Bawa mereka pulang!” dan “Tidak ada solusi militer!” sambil diiringi dentuman drum. Aksi ini dipimpin oleh kelompok ekspatriat Israel di New York yang menuntut penghentian perang dan pembebasan segera para sandera yang ditawan di Gaza.

Penolakan terhadap Netanyahu bukan hal baru. Sejak awal 2023, reformasi sistem peradilan yang digagas pemerintahannya telah memicu protes besar, baik di Israel maupun di kalangan diaspora Yahudi di AS.

Pidato Netanyahu di Sidang Umum PBB tahun lalu juga memantik protes besar yang dipimpin warga Israel di New York. Namun, sejak meletusnya perang di Gaza, fokus sebagian besar kelompok berubah ke dukungan apolitis bagi para sandera, meski sejumlah aktivis tetap mempertahankan kritik politik mereka terhadap Netanyahu.

Aksi unjuk rasa yang lebih besar dijadwalkan berlangsung pada Jumat pagi. Kelompok aktivis UnXeptable, yang dipimpin oleh warga Israel di AS, akan menggelar demonstrasi di luar studio Fox News saat acara pagi Fox & Friends disiarkan langsung. Tujuannya adalah agar pesan mereka sampai kepada mantan Presiden AS Donald Trump, yang dikenal sebagai penonton setia acara tersebut.

“Prinsip paling dasar dalam ajaran Yahudi adalah bahwa menyelamatkan nyawa merupakan nilai tertinggi. Netanyahu telah mengabaikan para sandera demi kepentingan politiknya sendiri,” ujar Offir Gutelzon, pendiri UnXeptable.
“Kami akan terus bersuara demi kehidupan, perdamaian, dan demokrasi — bukan perang tanpa akhir.”

Pada Jumat pagi, keluarga dari sejumlah sandera juga akan melakukan aksi di luar markas besar PBB saat Netanyahu menyampaikan pidatonya. Demonstrasi ini merupakan kelanjutan dari unjuk rasa yang rutin digelar di luar kediaman resmi Netanyahu di Yerusalem.

“Kami ingin menekan para pemimpin dunia untuk memprioritaskan pembebasan sandera dan memastikan mereka pulang dengan selamat,” kata salah satu penyelenggara.

Di sisi lain, kelompok aktivis anti-Israel non-Yahudi juga dijadwalkan menggelar demonstrasi pada waktu yang hampir bersamaan. Meskipun sama-sama menentang Netanyahu, kedua kelompok tersebut tidak bersekutu. Kelompok anti-Zionis menolak segala bentuk dukungan terhadap Israel dan menuntut diakhirinya genosida di Gaza.

Sesaat setelah tiba di New York, Netanyahu mengadakan pertemuan tertutup dengan utusan AS Steve Witkoff. Pertemuan itu turut dihadiri Jared Kushner menantu Donald Trump dan Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer.

Menurut Channel 12 Israel, pertemuan ini membahas rencana damai 21 poin yang diusulkan oleh Trump untuk mengakhiri perang Gaza. Namun, Netanyahu dan Dermer dilaporkan menolak beberapa butir dalam rencana tersebut, yang dianggap tidak sejalan dengan kepentingan Israel.

Netanyahu juga dijadwalkan bertemu langsung dengan Donald Trump pada Senin (29/9).

Perjalanan Netanyahu ke AS kali ini menempuh rute yang tidak biasa. Pesawatnya dilaporkan melewati wilayah udara Yunani dan Italia, secara sengaja menghindari Prancis dan Spanyol.

Media Israel menyebutkan langkah ini diambil untuk menghindari potensi penangkapan, menyusul dikeluarkannya surat perintah oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Keduanya didakwa melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza.

Pemerintah Prancis dan Spanyol sebelumnya menyatakan kesiapannya untuk mengeksekusi surat perintah penangkapan ICC jika Netanyahu memasuki wilayah mereka.

Sejak dimulainya operasi militer Israel di Gaza pada Oktober 2023, lebih dari 65.500 warga Palestina dilaporkan tewas, sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak. Serangan udara intensif dan blokade menyeluruh telah membuat Gaza tidak lagi layak huni, dengan krisis kelaparan dan wabah penyakit yang terus memburuk.

Israel kini menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakan militernya di daerah kantong tersebut.

==================

Disclaimer:

Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.

Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News

Berita Utama