NyaringIndonesia.com – Nvidia raksasa produsen chip, melaporkan peningkatan pendapatan luar biasa sebesar 122% pada kuartal kedua (Q2) tahun fiskal 2025, mencapai US$ 30 miliar.
Namun, meski melampaui ekspektasi pasar, saham perusahaan ini justru mengalami penurunan signifikan.
Pada penutupan perdagangan Rabu (4/9), saham Nvidia turun 1,66%, dan sehari sebelumnya merosot hingga 9,5%, menghapus kapitalisasi pasar sebesar US$ 279 miliar atau sekitar Rp 4.298 triliun.
Penurunan kapitalisasi pasar tersebut menjadi yang terbesar dalam sejarah perdagangan satu hari untuk perusahaan AS, menurut laporan Reuters.
Dampaknya juga dirasakan oleh CEO Nvidia, Jensen Huang, yang kehilangan kekayaan sekitar US$ 9,8 miliar (setara Rp 151 triliun) akibat anjloknya saham.
Berdasarkan laporan Bloomberg, Huang kini menduduki peringkat ke-17 dalam daftar orang terkaya dunia dengan total kekayaan mencapai US$ 93,1 miliar.
Penurunan saham Nvidia ini terjadi meskipun performa keuangan perusahaan sangat kuat. Sepanjang tahun ini, saham Nvidia telah meningkat 126,3%, seiring dengan dominasi mereka di pasar chip untuk kecerdasan buatan (AI).
Namun, ekspektasi investor yang sangat tinggi tampaknya memicu penurunan harga saham, terutama setelah Nvidia memberikan panduan pendapatan untuk kuartal ketiga (Q3) sebesar US$ 32,5 miliar, sedikit di atas estimasi rata-rata analis tetapi di bawah proyeksi tertinggi.
Di sisi lain, Nvidia juga menghadapi tekanan tambahan dari investigasi antimonopoli yang dilakukan oleh Departemen Kehakiman AS (DOJ).
Investigasi ini terkait dugaan pelanggaran undang-undang antimonopoli, yang mengindikasikan bahwa Nvidia diduga mempersulit pelanggannya untuk beralih ke penyedia chip lain.
DOJ telah memanggil Nvidia serta perusahaan lain di industri kecerdasan buatan (AI), termasuk Microsoft dan OpenAI, untuk penyelidikan lebih lanjut.
Nvidia membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa keberhasilan mereka di pasar adalah karena kualitas produk yang unggul dan hasil benchmark yang luar biasa.
“Nvidia menang berkat nilai dan performa yang kami berikan kepada pelanggan. Mereka bebas memilih solusi terbaik untuk bisnis mereka,” ujar Nvidia dalam pernyataan resminya, dikutip dari Quartz.
Meskipun menghadapi tantangan di pasar saham dan penyelidikan hukum, Nvidia tetap menjadi pemain dominan di sektor AI dan chip semikonduktor, dengan potensi besar untuk terus berkembang di masa mendatang.
Namun, ketidakpastian terkait investigasi DOJ dan ekspektasi pasar yang tinggi tampaknya menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan saham perusahaan dalam beberapa waktu terakhir.
Follow berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News