CIMAHI, NyaringIndonesia.com – Pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) sepanjang tahun 2022 di Kota Cimahi dinilai masih tinggi. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi mencatat ada 152 pengidap, termasuk didalamnya ibu hamil.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Hal tersebut diungkap KeÂpala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota CiÂmahi, Dwihadi Isnalini kepada wartawan, Kamis 12 Januari 2022.
“Kondisi ini tentu harus menjadi konsen bersama untuk mengurangi angka penularannya. Sebab, dengan tingginya angka pengidap HIV tentunya harus diimbangi dengan biaya pengobatan yang tinggi,” kata Dwihadi.
Melihat kondisi seperti itu, pihaknya mengajak masyarakat untuk memberikan perhatian kepada orang dengan HIV (Odhiv) dengan tetap memperlakukan secara baik.
“Jangan ada stigmatisasi kepada ibu hamil dengan Odhiv karena bukan kesalahan mereka. Justru yang harus jadi konsen kita adalah menjaga perilaku masyarakat agar menghindari penyakit HIV tersebut,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengingatkan, penularan HIV bisa terjadi karena infeksi menular seksual. Untuk itu, pemahaman terkait hubungan seksual yang aman sangat diperlukan masyarakat.
“Seperti kita ketahui penyakit tersebut penularanya bisa melalui hubungan seksual. Jadi masyarakat harus sadar, melakukan seks yang aman itu adalah dengan pasangan yang sah,” terangnya.
Guna mengurangi stigmatisasi penyintas HIV di Kota Cimahi, sambung dia, pihaknya pun bakal melakukan pembiunaan warga pembinaan Aids, pembinaan tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit.
“Kita juga berjejaring dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), sosialisasi melalui media massa, dan tentunya normalisasi pemeriksaan HIV integrasi,” ujarnya.
“Termasuk, kita perluas cakupan pemeriksaan terintegrasi dengan pelayanan KIA dan TB,” sambungnya.
Ia menyebut, dalam temuan kasus HIV yang meningkat otomatis ada penyimpangan dan seks bebas di dalamnya. Sehingga, penanganan HIV bukan hanya dari sisi kesehatan saja.
“Hal itu dilakukan agar masyarakat sadar mengenai penyakit tersebut. Pasalnya kesadaran masyarakat, termasuk yang susah diukur. Karena penularan lebih banyak akibat perilaku seks bebas dan menyimpang,” pungkasnya.