Pengungsi Rohingya? Ternyata Dua Negara Ragu Menerima Termasuk Bangladesh dan Malaysia

Pengungsi Rohingya? Ternyata Banyak Negara Ragu Menerima Termasuk Bangladesh dan Malaysia
Pengungsi Rohingya? Ternyata Banyak Negara Ragu Menerima Termasuk Bangladesh dan Malaysia

NyaringIndonesia.com – Rohingya bukan pengungsi seperti biasanya. Mereka punya pasukan pemberontak terlatih dan berhubungan dengan Isis. Nama pasukan mereka salah satunya adalah ARSA. Meskipun menjadi pengungsi, ARSA tetap melakukan kekejaman, salah satunya adalah ketika di kamp pengungsian Bangladesh, mereka membunuh pengungsi Rohingya yang beragama Kristen. Ya benar, sama sama jadi pengungsi, sama sama lari dari Myanmar ke Bangladesh, tapi masih sempat membunuh minoritas Kristen sesama Rohingya.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Ketika di Myanmar saja, mereka juga membunuh minoritas Rohingya Hindu

Mereka juga membunuh umat Buddha. Negara mana yang tahan dengan situasi begini?

Pengungsi Rohingya ditolak di seluruh dunia termasuk Arab Saudi.

Kenapa mereka ditolak? Jawabannya kebetulan ada di negara yang disebut di pertanyaan, yakni Malaysia dan Bangladesh.

Malaysia pun, seperti negara mayoritas Islam lainnya, pertama tama paling lantang berteriak untuk menerima pengungsi Myanmar. Namun ketika mereka menghadapi realitas bahwa pengungsi Myanmar menjadi masalah ekonomi di negara mereka, malah ada pengungsi yang menjurus ke arah perbuatan kriminal, kini warga Malaysia berbalik meminta pengungsi Rohingya dipulangkan. Malah ada netizen dengan kesal menyatakan “pantas saja mereka dibunuh di Myanmar”.

Kenapa Bangladesh tidak bisa menerima mereka? Beda dengan Malaysia, Bangladesh merupakan tanah asli orang Rohingya. Kalau ditolak Bangladesh, mau kemana orang Rohingya tersebut?

Bangladesh adalah negara miskin, kelewat miskin malah, dengan penduduk yang terlewat banyak, dan alam yang terlewat sadis, yang sering menghadapi banjir dan topan. Bukan hanya dengan Myanmar saja, dengan India pun mereka punya masalah pengungsi ilegal. Otoritas India mencatat sekitar 15 juta pengungsi ilegal dari Bangladesh.

Negara mana yang siap menerima pengungsi sebanyak itu? Apalagi negara seperti India, yang miskin dan kelebihan penduduk.

Jadi jika Saudi, Malaysia bahkan tanah tumpah darah orang Rohingya, Bangladesh saja tidak mau menerima mereka, apa adil jika seluruh beban ditimpakan ke Myanmar?

Lalu kenapa Myanmar tidak mau menerima mereka? Apa karena perbedaan agama saja? Tapi kenapa banyak Muslim non Rohingya hidup aman di Myanmar?

Etnis Rohingya dibawa oleh kolonial Inggris dari Bangladesh ke Myanmar. Itu sudah menjadi kebiasaan penjajah. Membawa penduduk yang dianggap loyal sebagai administrator di jajahan mereka dan bisa juga sebagai pekerja kasar. Ini merupakan strategi jika penduduk asli dipisah dari tanah kelahiran mereka dan dibawa ke negara asing, mereka tidak akan berani memberontak dan lebih memilih bekerja sama dengan penjajah.

Dan itulah yang dilakukan Inggris ketika membawa penduduk Tamil ke Sumatra bahkan sampai ke Fiji dan Belanda ketika membawa penduduk Jawa ke Suriname.

Etnis Rohingya dari Bangladesh menjadi subjek yang loyal kepada Inggris. Terlalu loyal malah. Ketika Jepang datang dan disambut oleh rakyat Myanmar sebagai pembebas dari penjajahan, etnis Rohingya justru membela Inggris dan mereka ikut berperang melawan pejuang Myanmar, yang dipimpin oleh Aung Saan, ayah dari pemimpin Myanmar saat ini, Suu Kyi. Dapat dibayangkan perasaan Suu Kyi, yang diharuskan membela etnis Rohingya, etnis sama yang dulu berperang melawan ayah kandung nya sendiri.

Pemberontakan etnis Rohingya tidak berakhir disini. Ketika Inggris angkat kaki dari Myanmar, etnis Rohingya membentuk kelompok pemberontakan agar wilayah mereka bisa bergabung dengan Pakistan Timur (sekarang Bangladesh)

Ketika proposal mereka ditolak oleh pemimpin Pakistan, Jinnah, etnis Rohingya malah menuntut kemerdekaan wilayah mereka. Saking fanatiknya dengan agama mereka, mereka mengusulkan negara baru mereka menggunakan bahasa Urdu, dan menghilangkan bahasa asli Myanmar. Hal ini menjadi janggal, karena rakyat Pakistan Timur sendiri menuntut penggunaan bahasa daerah mereka, bahasa Bengali, dan bukan bahasa Urdu. Justru orang Rohingya yang ngotot penggunaan bahasa Urdu, bahasa yang digunakan oleh rakyat Pakistan Barat.

Bayangkan, Sudah mengungsi ke tanah orang, terus minta merdeka dan menuntut penghapusan bahasa asli tanah tersebut dan mengganti dengan bahasa dari tanah yang jauhnya ribuan kilometer.

Ketika upaya merdeka gagal, mereka tetap memberontak, dan kelompok pemberontak pun bermunculan silih berganti, mulai dari Rohingya Liberation Party – , kemudian Rohingya Patriotic Front , setelah itu Rohingya Solidarity Organisation – , dilanjutkan oleh Arakan Rohingya Islamic Front – dan Arakan Rohingya National Organisation – hingga Arakan Rohingya Salvation Army – Wikipedia

Bayangkan, etnis Rohingya memberontak sejak Myammar belum merdeka, dan mendapat dukungan dari beberapa negara Islam. Dan sekarang negara negara Islam tersebut berteriak ke Myanmar agar etnis Rohingya diberi perlakuan baik dan mereka mengharapkan Myanmar mendengarkan mereka.

Dilansir kedalam terjemahan Bahasa Indonesia dari https://www.washingtonpost.com/outlook/2019/03/10/how-wwii-shaped-crisis-myanmar/

Berita Utama