Pi Network Terpuruk, Ahli Sebut Berpotensi Jadi “Rug Pull” Setelah Kehilangan $18 Miliar

Pi Network

Jakarta, NyaringIndonesia.com – Proyek kripto Pi Network kembali menuai sorotan setelah seorang analis menyebutnya berpotensi menjadi “rug pull”, atau proyek penipuan yang meninggalkan investor tanpa nilai. Pandangan ini muncul seiring anjloknya valuasi Pi Network dari lebih dari $20 miliar menjadi hanya sekitar $2 miliar dalam waktu enam bulan terakhir.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Berdasarkan data pasar pada 8 Oktober 2025, harga Pi Network (PI) tercatat di level $0,2406, turun 9,6% dalam 24 jam terakhir. Dengan kurs dolar AS di kisaran Rp16.603, maka 1 Pi bernilai sekitar Rp3.994.

Harga tersebut berada di dekat batas bawah kisaran harian antara $0,2382–$0,2664, menandakan tekanan jual yang tinggi di pasar. Kapitalisasi pasar Pi kini berada di angka $1,98 miliar, sementara valuasi terdilusi penuh mencapai $3,05 miliar. Aktivitas perdagangan harian yang mencapai $54,67 juta menunjukkan volume transaksi masih cukup aktif meski sentimen pasar melemah.

Kepala komunitas analis kripto, Mr. Spock Ape, menyebut kejatuhan Pi Network sebagai “praktis sebuah rug pull”. Ia menilai banyak penambang (Pioneers) masih bertahan dengan keyakinan lama bahwa satu Pi setara $314.159 konsep yang dikenal sebagai Global Consensus Value (GCV).

“GCV kini lebih mirip mitos yang memberi harapan palsu kepada komunitas,” ujarnya. Menurutnya, proyek ini kini menghadapi krisis likuiditas karena minimnya dukungan dari bursa eksternal dan lemahnya adopsi pasar.

Kecurigaan publik semakin menguat setelah muncul tuduhan adanya salah kelola dana proyek senilai sekitar $20 juta oleh tim inti Pi Network. Mantan eksekutif, McPhilip, mengklaim dirinya diberhentikan secara tidak adil dan menuduh pimpinan proyek gagal menjaga transparansi keuangan.

Dokumen pengadilan juga mengungkap ketegangan antara dua pendiri, Dr. Nicolas Kokkalis dan Chengdiao Fan, yang disebut menciptakan “lingkungan kerja beracun”. Tuduhan tersebut pertama kali muncul pada 2020 dan kini kembali mengemuka seiring menurunnya kepercayaan komunitas terhadap manajemen Pi Network.

Pi Coin kini terlempar dari daftar 50 aset kripto teratas dunia. Minimnya pengembangan ekosistem dan lambatnya integrasi dengan platform DeFi menyebabkan hilangnya nilai pasar hingga miliaran dolar.

Upaya tim pengembang untuk memperbaiki kondisi juga belum membuahkan hasil. Pada September lalu, Pi Network menurunkan tingkat dasar penambangan menjadi 0.0027405 π per jam, turun 1,23% dari bulan sebelumnya. Saat ini, pengguna membutuhkan waktu lebih dari 15 hari untuk menambang satu koin tanpa bonus tambahan.

Pi Network baru-baru ini memperkenalkan sejumlah pembaruan, termasuk integrasi DEX (Decentralized Exchange) dan AMM (Automated Market Maker) ke dalam testnet, serta peningkatan ke Testnet versi 20.

Selain itu, fitur Fast Track KYC berbasis kecerdasan buatan (AI) juga diperkenalkan untuk mempercepat proses verifikasi pengguna. Meski begitu, langkah-langkah tersebut belum cukup memulihkan keyakinan pasar.

“Peningkatan teknis tidak akan berarti banyak tanpa transparansi dan arah bisnis yang jelas,” ujar analis pasar aset digital independen.

Kini, dengan kehilangan nilai lebih dari $18 miliar dalam enam bulan terakhir, masa depan Pi Network semakin diragukan. Proyek yang pernah dielu-elukan sebagai “revolusi kripto berbasis komunitas” itu kini menghadapi ujian terberat dalam sejarahnya.

 

==================

Disclaimer:

Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.

Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News

Berita Utama