Search
Close this search box.

Plus dan Minus Ridwan Kamil Sebagai Cawapres Prabowo dan Ganjar

Ridwan Kamil
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menghadiri pelantikan Pj Gubernur Jabar.

JAKARTA, Nyaringindonesia.com – Nama Ridwan Kamil (RK) menjadi salah satu kandidat potensial untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) bersama Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Berikut adalah beberapa plus dan minus yang dapat diidentifikasi terkait dengan kemungkinan pasangan cawapres Prabowo-Ridwan Kamil dan Ganjar-Ridwan Kamil:

Plus jika Ridwan Kamil berpasangan dengan Prabowo

1. Pertebalan Suara di Jawa Barat

Ridwan Kamil, yang merupakan Gubernur Jawa Barat saat itu, dapat membantu meningkatkan suara Prabowo di Jawa Barat, provinsi yang memiliki peran penting dalam perolehan suara nasional.

Minus jika Ridwan Kamil berpasangan dengan Prabowo

1. Tidak Berdampak pada Jawa Tengah dan Jawa Timur

Meskipun RK mungkin memperkuat suara di Jawa Barat, kehadirannya tidak dianggap cukup untuk mendongkrak suara Prabowo di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang selama ini menjadi kelemahan Prabowo.

2. Overlapping Calon

Terdapat potensi adanya persaingan internal di antara partai-partai pendukung Prabowo, seperti Golkar yang mengusulkan Airlangga Hartarto sebagai pendamping Prabowo. Hal ini dapat menimbulkan konflik politik dan persaingan di dalam koalisi.

Plus jika Ridwan Kamil berpasangan dengan Ganjar

1. Elektabilitas Kuat

Pasangan Ganjar-Ridwan Kamil memiliki elektabilitas yang tinggi, terutama di Jawa Barat. Ini dapat membantu mengatasi lemahnya elektabilitas Ganjar di Jawa Barat dan memperkuat dukungan di pulau Jawa, yang menjadi basis suara nasional yang signifikan.

2. Penguasaan Pulau Jawa

Pasangan ini dapat menguasai pulau Jawa, yang merupakan “battle ground” penting dalam perolehan suara nasional. Suara dari pulau Jawa berkontribusi hampir 46% dari suara nasional.

Minus jika Ridwan Kamil berpasangan dengan Ganjar

1. Dukungan Partai

Ridwan Kamil saat ini adalah anggota Golkar. Dukungan politik partai ini bisa menjadi hambatan, terutama jika Golkar telah menyatakan dukungannya kepada Prabowo. Ini bisa menciptakan konflik kepentingan politik di dalam partai.

Namun, Adi Prayitno, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), mencatat bahwa hal seperti ini tidak jarang terjadi dalam politik Indonesia. Contohnya adalah kasus Jusuf Kalla, yang menjadi cawapres dengan pasangan yang berbeda pada dua pemilihan presiden berbeda. Dengan dukungan yang tepat, RK dapat menjadi potensi pendamping yang kuat bagi Ganjar, seperti halnya Jusuf Kalla pada masa lalu.

Keputusan akhir mengenai pasangan cawapres akan sangat dipengaruhi oleh dinamika politik dan dukungan partai politik.

Berita Utama