Potret Kehidupan Masyarakat Bawah di Indonesia

Potret ilustrasi masyarakat miskin di Indonesia

Cimahi, NyaringIndonesia.com – Di balik gemerlap kota-kota besar dan pembangunan infrastruktur yang terus berjalan, terdapat potret kehidupan lain yang sering luput dari perhatian: kehidupan masyarakat bawah yang setiap hari berjuang untuk bertahan hidup di tengah kerasnya realitas sosial dan ekonomi.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Di sudut-sudut Jakarta, Yogyakarta, hingga pelosok desa di Nusa Tenggara Timur dan Papua, ribuan keluarga hidup dengan penghasilan di bawah garis kemiskinan. Mereka yang bekerja sebagai buruh harian, pemulung, nelayan kecil, atau petani penggarap hidup dari penghasilan yang tak menentu, bahkan sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, pendidikan, dan layanan kesehatan.

Siti (38), seorang ibu tiga anak di kawasan pinggiran Surabaya, mengaku hanya mampu memberi makan anak-anaknya dengan nasi dan garam ketika penghasilannya sebagai buruh cuci menurun. Suaminya, yang sebelumnya bekerja sebagai tukang bangunan, kini menganggur akibat proyek-proyek konstruksi yang terhenti. “Kami hanya berharap anak-anak bisa tetap sekolah, meski seragam dan buku saja kami pinjam dari tetangga,” ujarnya lirih.

Kondisi serupa juga terjadi di banyak desa terpencil. Akses jalan, air bersih, dan fasilitas kesehatan yang terbatas menjadi tantangan sehari-hari. Di sebuah desa di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, warga harus berjalan kaki selama dua jam untuk mencapai Puskesmas terdekat. Sementara anak-anak belajar di sekolah tanpa listrik dan atap yang bocor.

Program bantuan sosial dari pemerintah seperti PKH (Program Keluarga Harapan) dan BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai) memang sedikit meringankan beban, tetapi belum cukup menjangkau seluruh warga yang membutuhkan. Belum lagi masalah birokrasi, data yang tidak akurat, dan ketimpangan distribusi yang masih kerap terjadi.

Di tengah keterbatasan itu, harapan tetap tumbuh. Banyak komunitas, LSM, dan relawan hadir memberikan pelatihan keterampilan, bantuan pendidikan, hingga layanan kesehatan gratis. Mereka membuktikan bahwa solidaritas dan kepedulian sosial masih hidup di tengah masyarakat.

Namun demikian, penanggulangan kemiskinan bukan hanya soal bantuan jangka pendek. Diperlukan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat kecil: perbaikan akses pendidikan, perluasan lapangan kerja, dan reformasi sistem bantuan sosial agar lebih tepat sasaran.

Karena sejatinya, pembangunan yang adil adalah ketika mereka yang paling lemah pun bisa hidup dengan layak dan bermartabat di tanahnya sendiri.

Sumber:

  • Wawancara langsung dengan warga di Surabaya dan NTT (Maret–April 2025)
  • Data Badan Pusat Statistik (BPS), Profil Kemiskinan Indonesia 2024
  • Kementerian Sosial RI, Laporan Realisasi Program PKH dan BPNT 2024
  • Laporan lapangan LSM lokal di Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat

 

Penulis : Ahmad Rizal

 

==============

Disclaimer:

Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.

Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News

Market

Market

Berita Utama