Sindrom Stockholm (Stockholm Syndrome)  Berasal Dari peristiwa Yang Terjadi Di Stockholm, Swedia

Ilustrasi orang bahagia

NyaringIndonesia.com-Sindrom Stockholm merujuk pada fenomena psikologis di mana korban penculikan atau penyanderaan mengembangkan perasaan simpati, empati, atau bahkan afeksi terhadap pelaku kejahatan atau penyandera. Nama “Sindrom Stockholm (Stockholm Syndrome)  Berasal Dari peristiwa Yang Terjadi Di Stockholm, Swedia” berasal dari peristiwa yang terjadi di Stockholm, Swedia, pada tahun 1973.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Pada bulan Agustus 1973, seorang pria bernama Jan-Erik Olsson menculik empat orang di bank Kreditbanken di Stockholm dan menahannya sebagai sandera selama enam hari.

Selama masa penahanan, para sandera tersebut mulai mengembangkan perasaan positif terhadap penculik mereka. Mereka bahkan membela dan membantu melindungi Olsson selama pengepungan polisi.

Penjelasan dari fenomena ini mencakup beberapa faktor, seperti trauma psikologis yang dialami oleh para korban, adaptasi untuk bertahan hidup, dan pengaruh emosional yang kompleks.

Beberapa teori menyatakan bahwa para korban mungkin mencoba mencari cara untuk mengatasi stres dan ketidakpastian situasi dengan mengembangkanfenomenadengan pelaku kejahatan.

Sindrom Stockholm tidak selalu terjadi dalam situasi penyanderaan, dan kasusnya dapat bervariasi. Ini dapat terjadi dalam hubungan kekerasan domestik atau dalam situasi di mana seseorang merasa terjebak dan tidak dapat melarikan diri.

Meskipun fenomena ini relatif langka, memahaminya dapat membantu para profesional kesehatan mental dan penegak hukum untuk merespons dan mendukung korban dengan lebih baik.

Berita Utama