KBB, NyaringIndonesia.com – Sejumlah siswa yang telah lulus dari sekolah, termasuk dari SMA Cipta Mandiri di Desa Cipada, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), masih belum menerima ijazah mereka karena ditahan pihak sekolah.
Salah satu alasannya adalah tidak ikut serta dalam acara perpisahan yang diadakan di Yogyakarta.
Zaenal Abidin, salah satu orang tua siswa, mengungkapkan bahwa ijazah anaknya telah ditahan lebih dari dua tahun oleh sekolah. “Pihak sekolah beralasan karena anak saya tidak ikut acara perpisahan ke Yogyakarta,” ujar Zaenal saat ditemui pada Rabu (6/11).
Zaenal menjelaskan bahwa saat itu anaknya tidak bisa mengikuti perpisahan karena terbentur biaya.
Sekolah menetapkan biaya sebesar Rp1.250.000 per siswa untuk kegiatan tersebut. “Kalau tidak ikut, masih harus bayar Rp650.000. Dari mana uangnya? Apalagi saya juga perlu dana untuk anak kedua yang hendak masuk SMP,” katanya.
Setelah lulus, anak Zaenal sempat bekerja di SMA Cipta Mandiri untuk membantu sebagai pesuruh, dengan harapan dapat mengurus pengambilan ijazahnya. Namun, meskipun sudah bekerja, ijazahnya tetap ditahan. “Akhirnya anak saya berhenti bekerja di sana dan mencari pekerjaan lain,” ungkap Zaenal.
Kisah serupa dialami oleh orang tua siswa lainnya yang enggan disebutkan namanya. Ia menyatakan bahwa alasan anaknya tidak mengikuti perpisahan adalah karena keterbatasan ekonomi. “Biayanya mahal, Rp1.250.000. Ibu dapat uang dari mana? Jadi anak ibu terpaksa tidak ikut perpisahan,” ucapnya.
Sang ibu mengaku bahwa suaminya bekerja sebagai buruh tani, sehingga sulit untuk menebus ijazah yang kini ditahan oleh pihak sekolah. “Sekolah meminta Rp650.000 untuk penyerahan ijazah anak saya,” jelasnya.
Menurutnya, anak-anak lain juga mengalami hal serupa. “Anak ibu bilang, banyak temannya dan kakak kelasnya yang ijazahnya masih ditahan sekolah padahal sudah lulus. Akibatnya, banyak anak yang kesulitan mencari pekerjaan,” keluhnya.