Sudahkah Kita Merasakan Kemerdekaan yang Sesungguhnya?

Jakarta, NyringIndonesia.com – Kata “merdeka” sering kali diartikan sebagai kebebasan, kemandirian, dan independensi. Indonesia telah merdeka sejak 17 Agustus 1945, yakni 79 tahun yang lalu. Namun, pertanyaan yang sering mengemuka adalah, apakah kita benar-benar sudah merdeka sepenuhnya?

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Selama 79 tahun, peringatan hari kemerdekaan sering kali hanya melibatkan kegiatan seremonial, seperti upacara bendera, hiburan dangdut, perlombaan antar warga, dan potong tumpeng. Namun, makna kemerdekaan yang mendalam tampaknya masih belum sepenuhnya dipahami atau dirasakan oleh banyak warga.

Kita telah merdeka dari penjajahan secara politik dan telah mendapatkan pengakuan internasional. Namun, kemerdekaan yang sesungguhnya, terutama dalam dimensi ekonomi, masih menjadi tantangan. Dalam beberapa pekan terakhir, banyak saudara kita mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat kebangkrutan perusahaan. Sektor-sektor ekonomi lainnya juga menghadapi kesulitan serupa.

Indonesia dikenal dengan semboyan “gemah ripah loh jinawi”, yang mencerminkan cita-cita untuk menciptakan kedamaian, kesejahteraan, dan kemakmuran. Namun, cita-cita ini belum sepenuhnya terwujud.

Menjelang peringatan hari kemerdekaan yang ke-79, kita seharusnya merenungkan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Apakah bangsa ini sudah benar-benar merdeka dalam kehidupan sehari-hari? Apakah kemerdekaan ekonomi telah tercapai? Saat ini, sistem ekonomi liberal-kapitalistik yang berlaku di Indonesia justru memperlebar jurang antara kaya dan miskin, dengan kekayaan semakin terkonsentrasi pada segelintir orang.

Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa perekonomian harus disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan dan bahwa cabang produksi yang penting bagi negara harus dikuasai oleh negara. Namun, implementasi dari pasal ini masih jauh dari harapan, dengan ketimpangan ekonomi yang semakin lebar antara kaum miskin dan kaya.

Selain itu, pajak yang terus meningkat, seperti pajak bumi dan bangunan, pajak kendaraan, serta pajak makanan, semakin membebani masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun negara kaya dengan sumber daya alam, banyak warganya masih hidup di bawah garis kemiskinan dan terbebani pajak tinggi.

Hari kemerdekaan ini seharusnya menjadi momen untuk merenung dan memperbaiki keadaan bangsa agar kemerdekaan yang sesungguhnya dapat dirasakan oleh seluruh rakyat.

Catatan: Dr. Suriyanto Pd, SH, MH, M.Kn.

Berita Utama