NyaringIndonesia.com – Sosok mantan Kabareskrim Susno Duadji memang selalu menjadi sorotan karena selalu dimintai pendapat terkait kasus Vina Cirebon. Salah satu pendapat Susno yang menjadi sorotan adalah terkait pihak-pihak yang mengambil untung di balik viralnya kasus Vina Cirebon.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Menurut mantan Kabareskrim tersebut, ada sejumlah pihak yang memanfaatkan kasus Vina Cirebon sebagai ladang bisnis untuk mencari keuntungan. Lantas, seperti apa sosok Susno Duadji sebenarnya?
Melansir dari Wikipedia, Susno Duadji lahir pada 1 Juli 1954. Ia adalah mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim Polri) yang menjabat sejak 24 Oktober 2008 hingga 24 November 2009. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kapolda Jawa Barat.
Kakaknya, Sukadi Duadji, merupakan mantan Wakil Bupati Lahat periode 2008-2013. Sekarang, ia berencana bermukim di Depati Lawang Diwe (kediaman pribadinya) di Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagar Alam.
Susno sekarang dipercaya menduduki jabatan sebagai ketua Tim Kamus Bahase Kite (Lahat dan Besemah). Lulus dari Akabri Kepolisian pada tahun 1977, Susno menghabiskan sebagian kariernya sebagai perwira polisi lalu lintas dan telah mengunjungi 90 negara untuk belajar menguak kasus korupsi.
Kariernya mulai meningkat ketika ia dipercaya menjadi Wakapolres Yogyakarta, kemudian berturut-turut menjabat sebagai Kapolres di Maluku Utara, Madiun, dan Malang. Susno mulai ditarik ke Jakarta ketika ditugaskan menjadi kepala pelaksana hukum di Mabes Polri dan mewakili institusinya membentuk KPK pada tahun 2003.
Pada tahun 2004, ia ditugaskan di Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Setelah sekitar tiga tahun di PPATK, Susno dilantik sebagai Kapolda Jabar dan sejak Januari 2008 menggantikan Irjen Pol. Soenarko Danu Ardanto.
Ia menjadi Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri pada Oktober 2008 menggantikan Komjen Pol. Bambang Hendarso Danuri yang telah dilantik sebagai Kapolri.
Susno Duadji sempat menyatakan mundur dari jabatannya pada tanggal 5 November 2009, tetapi pada 9 November 2009, ia aktif kembali sebagai Kabareskrim Polri. Namun, pada 24 November 2009, Kapolri secara resmi mengumumkan pemberhentiannya dari jabatan tersebut.
Kode sebutan (call sign) Susno sebagai “Truno 3” atau orang nomor tiga paling berpengaruh di Polri setelah Kapolri dan Wakapolri menjadi populer di masyarakat umum, terutama dalam pembahasan kasus kriminalisasi KPK.
Meskipun demikian, kode resmi untuk Kabareskrim Polri adalah “Tribrata 5,” atau nomor 5 di Polri setelah Kapolri, Wakapolri, Irwasum Polri, dan Kabaharkam Polri. Sedangkan “Truno 3” adalah kode untuk Direktur III Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) Bareskrim Polri. Adapun Direktur III/Tipidkor Bareskrim Polri saat itu adalah Brigjen Pol. Yovianes Mahar, yang kini menjabat sebagai Irwil II Itwasum Polri.
Riwayat karier Susno Duadji selama aktif berkarier di Polri, adalah sebagai berikut:
- Pama Polres Wonogiri (1978)
- Kabag Serse Polwil Banyumas (1988)
- Wakapolres Pemalang (1989)
- Wakapolresta Yogyakarta (1990)
- Kapolres Maluku Utara (1995)
- Pamen Hubinter Sdeops Polri (Penugasan di Bosnia) (1995)
- Kapolres Madiun (1997)
- Kapolres Malang (1998)
- Wakapolwitabes Surabaya (1999)
- Wakasubdit Gaptid Dit Sabhara Polri (2001)
- Kabid Kordilum Babinkum (2001)
- Kabid Rabkum Div Binkum Polri (2001)
- Pati Yanma Polri (Wakil Kepala PPATK) (2004)
- Kapolda Jawa Barat (Jan 2008-Okt 2008)
- Kabareskrim Polri (Okt 2008-Nov 2009)
- Pati Mabes Polri (Non Job) (Nov 2009-Mar 2011)
- Penasehat Koorsahli Kapolri (Mar 2011-Aug 2012)
Diketahui, baru-baru ini Susno Duadji membeberkan pihak-pihak yang mengambil untung atas viralnya kasus Vina Cirebon. Susno Duadji menyebutkan bahwa beberapa pihak memanfaatkan kasus Vina Cirebon untuk mencari keuntungan finansial.
“Ini bisnis kasus,” kata Susno Duadji, dikutip dari YouTube Nusantara TV. Susno mencontohkan pihak yang diuntungkan dalam kasus Vina Cirebon adalah pembuat film “Vina Sebelum 7 Hari.”
“Yang jelas, film ‘Vina Sebelum 7 Hari’ sudah hampir 6 juta penonton. Jika satu tiket Rp100.000, itu berarti Rp6 miliar,” tutur Susno Duadji.
Selain itu, Susno Duadji juga menyebutkan bahwa stasiun TV dan penyelenggara podcast ikut diuntungkan dari munculnya kasus Vina Cirebon.
Perkembangan kasus Vina Cirebon memang membuat orang penasaran bagaimana akhirnya. Oleh karena itu, tidak heran jika setiap stasiun TV dan podcast terus mengupdate perkembangan kasus Vina Cirebon untuk mencari rating semata.
“Ini bisnis jasa. Jasa informasi stasiun TV ratingnya naik, termasuk penyelenggara podcast naik juga, termasuk pendamping-pendampingnya,” tutur Susno Duadji.
“Kalau ini masih banyak penontonnya, mungkin masih terus dilanjutkan,” kata Susno Duadji.
Follow berita dan artikel NyaringIndonesia di Google News