Jakarta, NyaringIndonesia.com – Fenomena hutang melalui layanan PayLater di Indonesia terus meningkat dengan total hutang sudah mencapai Rp 26,37 triliun.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Namun, itu belum mencakup utang dari layanan pinjaman online (pinjol), yang juga menjadi beban keuangan bagi masyarakat.
PayLater merupakan layanan pembayaran yang memungkinkan pengguna untuk berbelanja terlebih dahulu dan membayarnya di kemudian hari, baik dalam jangka waktu tertentu ataupun dengan sistem cicilan.
Namun, banyak yang bertanya-tanya, dari mana sumber dana layanan PayLater ini?
Sejumlah platform besar telah bermitra dengan berbagai perusahaan pembiayaan untuk menyediakan layanan ini. Misalnya, Shopee yang menggandeng PT Commerce Finance sebagai penyelenggara produk Shopee PayLater.
Saat ini, Shopee PayLater menjadi salah satu layanan PayLater yang paling dikenal dan banyak digunakan di Indonesia.
Gojek juga tak ketinggalan dengan layanan PayLater-nya yang bekerja sama dengan platform P2P lending PT Mapan Global Reksa, atau lebih dikenal sebagai Findaya.
Gojek PayLater menduduki peringkat kedua dalam hal total kesadaran (awareness) masyarakat dengan 82,1 persen, dan digunakan oleh sekitar 50,5 persen responden dalam survei terbaru.
Selain itu, OVO sebelumnya juga menyediakan layanan PayLater melalui anak perusahaannya di bidang P2P lending, yakni PT Indonusa Bara Sejahtera atau Taralite.
Namun, saat ini OVO memutuskan untuk membekukan sementara produk PayLater tersebut. Sebelum dihentikan, OVO dikenal oleh 72 persen responden survei, dan digunakan oleh setidaknya 28,9 persen dari mereka.
Tokopedia, platform e-commerce terbesar di Indonesia, juga memiliki layanan PayLater dengan awareness 54,2 persen, dan digunakan oleh 18 persen responden.
Tokopedia sebelumnya bekerja sama dengan OVO untuk penyediaan layanannya, tetapi kini beralih ke PT Artha Dana Teknologi atau Indodana, sebuah platform P2P lending konsumtif.
Dengan berbagai layanan PayLater yang semakin populer, pertumbuhan utang melalui platform ini semakin pesat.
Namun, penggunaan yang tidak bijak berpotensi menambah beban finansial masyarakat, terutama di tengah maraknya tawaran pinjaman dari berbagai layanan fintech.
Peningkatan kesadaran tentang risiko penggunaan PayLater dan pinjaman online menjadi penting untuk menjaga stabilitas keuangan masyarakat, terutama di era digital ini.
Follow berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News