Bogor, NyaringIndonesia.com – Kasus kecelakaan kereta api jurusan Bogor-Sukabumi, yang menewaskan puluhan pelajar karena mengabaikan peringatan dan larangan untuk tidak menaiki atap kereta. Tragedi Terowongan Paledang, sebuah tragedi yang menjadi sejarah kelam perkeretaapian Indonesia pada tahun 2000-an.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Peristiwa tragis ini terjadi di Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, pada tanggal 12 Januari 2000 silam. Terowongan Paledang merupakan proyek yang dibangun hasil dari kerja paksa pada jaman pemerintahan kolonial, tepatnya pada era 1800-an.
Terowongan Paledang hanya memiliki tinggi sekitar 10 meter dan lebar 3 meter saja. Ukurannya sangat sempit, hanya menyesuaikan ukuran kereta api. Saking sempitnya, jarak antara atap kereta dan terowongan tidak memiliki celah sedikitpun.
Bahkan jaraknya tidak cukup untuk ukuran badan manusia, meskipun sudah dalam posisi menunduk atau berbaring.
Pada 12 Januari 2000, keadaan Stasiun Bogor sangat ramai dan membludak. Banyak penumpang yang akan melakukan perjalanan ke Sukabumi, beberapa diantaranya adalah para pelajar.
Para pelajar yang berjumlah sekitar 20 orang itu hendak menghabiskan waktu liburan mereka. Saat itu, kereta juga mengalami keterlambatan jadwal di tengah membludaknya penumpang, yang harusnya berangkat pukul 12.50 WIB menjadi pukul 15.45 WIB.
Alih-alih masuk ke dalam gerbong yang padat, para pelajar itu lebih memilih untuk naik di atas atap kereta. Petugas sudah berkali-kali memperingatkan betapa bahayanya duduk di atas atap, terlebih lagi kereta akan melewati terowongan yang sempit.
Mereka sempat turun dan masuk ke dalam gerbong, namun ketika kereta akan berangkat dari Stasiun Bogor mereka naik keatas atap lagi. Kereta dari Stasiun Bogor pun melaju dengan cepat. Hingga pada akhirnya kereta akan melintasi Terowongan Paledang.
Para pelajar itu pun panik, sekitar 20 pelajar terjebak di atas atap kereta tanpa bisa berbuat apapun. Tragedi pun tak terhindarkan, Sebagian pelajar itu langsung menghantam terowongan dan terpental.
Sementara sebagian lagi, yang mencoba menghindar dengan melompat ke bawah pun tidak bernasib baik. Tubuh mereka malah tergilas kereta yang sedang melaju dengan kecepatan tinggi. Suara dentuman dan gemeretak yang sangat kuat membuat warga setempat langsung berhamburan ke lokasi kejadian.
Alangkah terkejutnya mereka, setelah melihat sudah banyak jasad yang tergeletak. Darah dan potongan tubuh tercecer dimana-mana, tak terkecuali di atap terowongan. Bahkan warga menemukan sepasang bola mata yang menggelinding.
Warga juga bersaksi, jika ada salah satu pelajar yang sudah dalam kondisi mengenaskan masih sempat bertanya dimana anggota tubuhnya. Tak lama pelajar itu menghembuskan nafas terakhirnya.
Akibat peristiwa ini, 12 pelajar meninggal di tempat dan sisanya meninggal di rumah sakit.
Dilansir dari youtube BiCo Story, Ismanto, Kepala Stasiun Bogor, ditahan atas peristiwa tersebut.
Kepolisian mengatakan Ismanto membiarkan kereta api berangkat dan seharusnya ia meminta bantuan polisi untuk melerai para pelajar nakal itu. Sementara keluarga korban mendapat santunan masing-masing sebesar 1 juta rupiah.
Kini, terowongan tersebut sudah mendapatkan banyak renovasi karena proyek double track. Ukuran terowongannya pun sudah diperlebar sehingga tidak sempit.
Bahkan, beberapa warga lokal di Paledang menyebut keangkerannya memudar ketika terowongan itu sudah direnovasi.
Meskipun begitu, hingga saat ini masih saja ada warga yang bersaksi mendengar suara jeritan dan sosok tanpa kepala berjalan di sekitar jalur ini. Tetapi warga mengatakan, sosok-sosok itu sejatinya tidak mengganggu.***
[Sumber: liputan6, kompasiana, boombastis]
Disclaimer: Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca.
Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News