Memulai Verstehen dalam Kampanye pada PILKADA 2024

Foto ilustrasi (Pixabay)

NyaringIndonesia.com – Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) akan dilaksanakan pada November 2024 mendatang. Banyak gambar calon telah ditampilkan di berbagai ruang publik, bersaing untuk menduduki posisi kepala daerah masing-masing, lengkap dengan slogan yang mencerminkan visi dan misi mereka, seolah menjadi janji saat terpilih.

Seperti pada PILKADA sebelumnya, masa kampanye akan diisi dengan berbagai acara hiburan, di mana para calon kepala daerah menyapa masyarakat, terutama para pendukungnya. Masa kampanye adalah tahapan terpenting untuk mengenal dan memperkenalkan para calon. Namun, ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, termasuk akomodasi, transportasi, dan lainnya.

Pemimpin diartikan sebagai penanggung jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya. Oleh karena itu, memahami persoalan dan kebutuhan rakyat adalah hal yang esensial. Pemimpin seharusnya menjadi representasi rakyatnya.

Pemimpin yang ideal adalah sosok yang mengalami kehidupan bersama masyarakat, memahami kondisi dan harapan mereka. Oleh karena itu, perkenalan terhadap calon pemimpin tidak hanya bersifat simbolik. Hal ini dapat dicapai melalui metode verstehen.

Verstehen sebagai Model Kampanye

Pemimpin yang lahir dan berkembang bersama masyarakat memiliki karakter sebagai representasi yang sesungguhnya. Verstehen mensyaratkan kesejatian dan esensi dari kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Kampanye politik seharusnya menjadi bagian dari perkenalan kepribadian, program, dan pelayanan pemimpin, tanpa mendistorsi inti.

Kesungguhan pemahaman akan terlihat dalam sosok pemimpin yang mengusung prinsip verstehen, bukan sekadar kampanye politik praktis. Namun, dalam praktiknya, metode politik yang banyak digandrungi adalah yang bersifat praktis. Persepsi politik yang berorientasi pada materi dan hingar-bingar sesaat dapat mengaburkan tujuan kepemimpinan jangka panjang.

 Sosok Bervisi Profetik

Janji kampanye sering kali bersifat duniawi dan berulang. Komitmen yang didasarkan pada bingkai hukum sering kali tidak memberi kepastian kepada masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan kesungguhan dan komitmen yang teruji melalui visi kepemimpinan profetik.

Sangat jarang calon pemimpin secara tegas menyatakan membawa visi kepemimpinan profetik, padahal karakter ini dapat diuji oleh setiap orang melalui kepribadian, semangat, dan program kerja mereka. Pemimpin yang memiliki karakter profetik mampu menjawab persoalan masyarakat secara nyata.

Pemimpin dengan karakter ini merupakan representasi hubungan masyarakat dengan Tuhan. Ketaatan kepada Tuhan menjadi landasan bagi pemimpin yang ideal. Sosok pemimpin bervisi profetik adalah yang paling diidamkan masyarakat.

Idealitas dan Harapan

Meskipun tidak mudah, bukan berarti tidak mungkin! Sejarah menunjukkan bahwa seorang pemimpin dengan kepribadian mulia, seperti Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa Sallam, mampu membentuk administrasi yang adil dan diakui oleh semua orang, bahkan di luar agamanya.

Di tengah fenomena yang ada, ada kesempatan untuk menciptakan zaman keemasan yang ideal. Optimisme harus terus dijaga.

Melalui metode verstehen, pemilihan pemimpin yang ideal dapat terwujud. Metode ini dapat digunakan dalam PILKADA tahun ini untuk menghasilkan pemimpin yang sesungguhnya—sosok yang lahir, hidup, dan berjuang bersama rakyatnya. Kepala daerah yang bukan hanya simbol, tetapi juga penanggung jawab harapan rakyat.

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)

Disclaimer : Artikel ini bertujuan untuk menambah informasi

Follow berita dan artikel NyaringIndonesia di Google News

Berita Utama