Yuk, Intip Makna Filosofi dan Simbol Ketupat Lebaran

NyaringIndonesia.com – Ketupat, atau kupat, tidak hanya menjadi pelengkap hari raya Idul Fitri, tetapi juga mengandung makna filosofis yang dalam.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Sejarah ketupat di Jawa terkait dengan tradisi yang diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, yang memberikan nilai-nilai penting bagi masyarakat Jawa.

Sejarah Ketupat

Kanjeng Sunan Kalijaga adalah tokoh yang memperkenalkan budaya “Bakda Kupat” di tanah Jawa.

Bakda Kupat dimulai seminggu setelah Idul Fitri. Pada hari Bakda Kupat, hampir setiap rumah di Jawa saat itu akan menganyam ketupat dari daun kelapa muda.

Setelah dianyam, ketupat diisi dengan beras dan dimasak. Kemudian, ketupat tersebut diantarkan kepada kerabat yang lebih tua sebagai lambang kebersamaan dan penghormatan.

Arti Kata Ketupat

Dalam filosofi Jawa, ketupat Lebaran bukanlah sekadar hidangan khas, melainkan memiliki makna yang mendalam:

IMG 20240409 090446

Ngaku Lepat (Mengakui Kesalahan): Kata “ketupat” dalam bahasa Jawa berasal dari “Ngaku Lepat” yang berarti mengakui kesalahan. Ini tercermin dalam tradisi “sungkeman” di Jawa, di mana seseorang bersimpuh di hadapan orang tua untuk memohon ampun dan mengakui kesalahan.

Laku Papat (Empat Tindakan): Ketupat juga berasal dari kata “Laku Papat” yang berarti empat tindakan. Ini mencerminkan nilai-nilai penting dalam budaya Jawa, seperti menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon maaf dan ampun, khususnya kepada orang tua.

Ketupat Lebaran bukan hanya sebuah hidangan, tetapi juga simbol dari pengakuan kesalahan dan pelaksanaan empat tindakan penting dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, ketupat memperkuat nilai-nilai kebersamaan, penghormatan, dan kesadaran akan kesalahan serta kemauan untuk memperbaiki diri.

Berita Utama