Nyaringindonesia.com – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo, mengungkapkan beberapa strategi jitu untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Nias.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Strategi utama yang disoroti adalah pencegahan lahirnya bayi dengan kondisi stunting baru, mengingat jumlah ibu hamil hanya sekitar 1.800 orang per tahun di kabupaten tersebut.
Dalam audiensi dengan Bupati Nias Barat, Khenoki Waruwu, dr Hasto menyampaikan hasil penghitungan angka kelahiran dan stunting untuk Nias Barat.
Dari 1.800 ibu hamil per tahun, sekitar 360 bayi berisiko mengalami stunting. Untuk mencegah hal ini, dr Hasto menyarankan intervensi dini kepada orangtua dan bayi yang berisiko.
“Jika kita data semua, dari 900 pasangan yang menikah, yang lingkar lengannya kurang dari 23,5 jumlahnya 18,5 persen,” ujar dr Hasto, menekankan pentingnya memenuhi syarat kesehatan sebelum memutuskan hamil.
Selain itu, dr Hasto membahas faktor-faktor lain penyebab stunting, seperti sanitasi yang buruk terkait air bersih dan jamban.
Dia mendorong Pemerintah Kabupaten Nias Barat untuk mengusulkan program perbaikan sanitasi kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Bupati Nias Barat, Khenoki Waruwu, turut menyampaikan capaian program penurunan stunting di daerahnya. Berbagai kegiatan seperti sosialisasi kegiatan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), kegiatan Minilok, dan audit kasus stunting telah dilaksanakan untuk menanggulangi masalah ini.
Dalam upaya menurunkan prevalensi stunting yang mencapai 29,4 (SSGI 2022), Bupati Nias Barat menyatakan komitmennya. “Kita tetap kerja keras menuju target stunting 14 persen pada 2024,” ujar dr Hasto.
Acara audiensi ini juga dihadiri oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Nias Barat dan Sekretaris Utama BKKBN Tavip Agus Rayanto.
BKKBN berharap kerja sama yang baik ini dapat terus ditingkatkan untuk mencapai target penurunan stunting di Kabupaten Nias.