Euforia E-sport Bangkit Lagi, Kolaborasi Hima Ikom Unla dan RRQ Gairahkan Dunia Gaming di Bandung

E-sport
Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Hima Ikom) Universitas Langlangbuana (Unla) berkolaborasi dengan RRQ Arena Bandung menggelar turnamen Mobile Legends bertajuk Community Cup

BANDUNG, NyaringIndonesia.com –  Dunia e-sport di Bandung kembali menggeliat setelah sempat redup dalam satu dekade terakhir.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Hima Ikom) Universitas Langlangbuana (Unla) berkolaborasi dengan RRQ Arena Bandung menggelar turnamen Mobile Legends bertajuk Community Cup yang diikuti ratusan peserta dari berbagai fakultas.

Kegiatan ini bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga momentum untuk menghidupkan kembali semangat kompetisi dan solidaritas di kalangan mahasiswa.

Branch Manager RRQ Arena Bandung, Hansel, menyambut positif langkah Hima Ikom Unla tersebut. Ia menilai, kegiatan seperti ini membawa kembali suasana kompetitif yang sempat hilang dari dunia e-sport lokal.

“Sebagai penyelenggara game atau e-sport, hal seperti ini cukup menarik. Dulu sekitar sepuluh tahun lalu, e-sport itu sangat ramai. Kita bisa datang ke arena, teriak bersama, dan bermain bersama. Tapi selama 10 tahun terakhir, hal-hal seperti itu mulai berkurang,” ujar Hansel dengan nada reflektif.

Menurutnya, acara yang digagas mahasiswa ini menjadi upaya segar untuk membangkitkan kembali kultur kompetisi yang sehat.

Ia menambahkan, pihak RRQ Arena siap terus mendukung kegiatan serupa agar bisa diselenggarakan secara rutin.

“Selain pihak arena yang mendukung, saya tahu di banyak kampus juga ada komunitas game. Harapannya, kegiatan seperti ini bisa terus berjalan dan menjadi agenda tahunan,” imbuhnya.

Meski demikian, Hansel mencatat perubahan signifikan dalam dunia e-sport saat ini. Ia menyoroti bahwa atmosfer kompetisi yang dulu penuh spontanitas kini menjadi lebih terorganisir, mengikuti aturan yang lebih ketat.

“Kalau dulu orang-orang lebih bebas, taunting pun masih biasa. Sekarang semua lebih teratur, ada pengawasan. Semangatnya masih ada, tapi ruang ekspresinya lebih terbatas karena regulasi yang lebih keras,” ujarnya.

Hansel juga mengkritisi minimnya penyelenggaraan turnamen berskala nasional yang terbuka bagi publik. Ia menilai, ekosistem e-sport kini terlalu didominasi oleh liga besar seperti MPL, yang slotnya sangat terbatas.

“Kalau dulu, misalnya di Bandung, ada turnamen yang diadakan komunitas, lalu pemenangnya dikirim ke Jakarta untuk bertanding antar daerah. Sekarang itu sudah jarang. Padahal itu yang dulu membuat e-sport hidup di akar rumput,” tegasnya.

Ia menambahkan, perkembangan e-sport di era digital saat ini sebenarnya sangat terbantu dengan kemudahan akses.

Jika dulu hanya kalangan tertentu yang bisa bermain di PC dengan modal besar, kini semua orang bisa ikut berpartisipasi dengan hanya bermodal ponsel dan koneksi internet.

“Sekarang, modal handphone sejuta pun sudah bisa main. Itu membuka ruang bagi lebih banyak orang untuk ikut. Tapi untuk jadi profesional tetap butuh proses panjang, harus direkrut tim, atau ikut trial dari tim besar,” jelasnya.

Hansel berharap, kegiatan seperti Community Cup dapat menjadi wadah pencarian bakat baru sekaligus memperkuat ekosistem e-sport di tingkat kampus dan regional.

“Saya sudah mempelajari e-sport sejak SMK hingga S1. Bahkan sebelum pandemi saya sudah melihat potensinya luar biasa. Sayangnya, pandemi mengubah arah industri. Harapan saya, dengan inisiatif kampus seperti ini, kita bisa mulai lagi dari bawah untuk membangun sistem kompetisi regional,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Hima Ikom Unla, Fajar Mauludin, menjelaskan bahwa turnamen ini diselenggarakan bukan sekadar untuk bersenang-senang, melainkan sebagai ajang mempererat solidaritas antar mahasiswa lintas fakultas.

“Mobile Legends atau e-sport ini sudah jadi bagian dari gaya hidup generasi muda. Selain untuk menyalurkan hobi, kami ingin kegiatan ini menjadi sarana memperkuat silaturahmi antar fakultas,” ujar Fajar.

Tahun ini, lanjutnya, Community Cup menjadi bentuk baru dari Pekan Olahraga Mahasiswa (POM) di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unla.

“Kalau dulu antar jurusan, sekarang antar fakultas. Harapannya, sinergi antar prodi bisa semakin erat,” katanya.

Fajar mengakui, tantangan utama dalam penyelenggaraan kegiatan ini adalah menarik minat peserta. Namun berkat kolaborasi dengan RRQ Arena, antusiasme mahasiswa meningkat drastis.

“Kami sempat kesulitan menarik peserta. Tapi setelah kerja sama dengan RRQ, animo mahasiswa meningkat tajam. Hari ini peserta sangat antusias, sistem pertandingan berjalan lancar, dan atmosfernya luar biasa,” tutur Fajar.

Turnamen ini diikuti sekitar 100 peserta yang terbagi ke dalam beberapa tim. Panitia menyiapkan hadiah berupa uang pembinaan, trofi, dan sertifikat untuk dua tim terbaik serta satu pemain terbaik (MVP).

Fajar menegaskan, pihaknya ingin agar Hima Ikom Unla tidak berhenti di kegiatan ini saja. “Kami ingin tumbuh lebih besar lagi, tidak hanya di tingkat jurusan atau fakultas, tapi juga keluar kampus. Harus berani berinovasi lebih luas,” tegasnya.

Berita Utama