Harga Pangan Melonjak, Disdagkoperin Tanggapi Tuduhan Pedagang Terkait Pasokan yang ‘Dicarter’ untuk MBG

Disdagkoperin
Ilustrasi kondisi Pasar Atas Cimahi

Cimahi, NyaringInsonesia.com – Dalam beberapa hari terakhir, suasana di Pasar Atas Baru Kota Cimahi terlihat semakin lesu. Lapak-lapak pedagang sayuran yang sepi pembeli mencerminkan kegelisahan yang sedang dirasakan para pedagang.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Harga bahan pangan yang terus meningkat menjadi salah satu faktor utama ketidakpastian ini. Para pedagang mengeluhkan sulitnya mendapatkan pasokan dari Pasar Induk Caringin, Bandung, yang mereka anggap semakin terbatas.

Menurut sejumlah pedagang, masalah utama berasal dari meningkatnya aliran distribusi barang untuk program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dikelola pemerintah pusat. Mereka menyebutkan bahwa sebagian pasokan dari pasar induk kini telah ‘dicarter’ lebih dulu untuk memenuhi kebutuhan program tersebut.

“Pasokan semakin susah. Banyak bahan pokok yang sudah diambil terlebih dahulu oleh mobil program MBG. Waktu kami ke Caringin, barang sudah habis atau stoknya tinggal sedikit. Ini yang menyebabkan harga semakin tinggi dan pembeli di pasar semakin sedikit,” keluh Santi (49), seorang pedagang bawang di Pasar Atas Baru, pada Kamis (9/10/2025).

Menurutnya, kondisi ini menciptakan efek domino. Harga-harga komoditas mulai melambung. Harga bawang merah yang sebelumnya berada di kisaran Rp25.000–Rp28.000 per kilogram kini meroket hingga mencapai Rp35.000. Bahkan, demi menutupi biaya operasional, ia terpaksa menjual dengan harga Rp40.000 per kilogram.

“Faktor cuaca dan ketidakstabilan hasil panen juga turut memengaruhi, tetapi yang paling terasa adalah semakin sulitnya pasokan dari pasar induk,” ujarnya.

Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan Perindustrian (Disdagkoperin) Kota Cimahi, Hella Haerani, membantah tudingan bahwa program MBG menjadi penyebab utama kenaikan harga pangan di Cimahi.

“Sampai saat ini, belum ada bukti konkret yang menghubungkan program MBG dengan lonjakan harga pangan di pasar. Harga-harga barang di pasar memang sudah ditentukan, jadi mungkin pembelian langsung di pasar akan lebih terjangkau. Pedagang biasanya membeli dari supplier, yang mungkin tidak terjangkau harga MBG,” ujar Hella saat ditemui di Pasar Cimindi, Kamis (23/10/2025).

Hella juga menilai bahwa kelangkaan barang tidak dapat langsung dikaitkan dengan adanya program MBG. “Menurut saya, tidak ada alasan yang jelas untuk mengaitkan kenaikan harga beras dengan MBG,” tegasnya.

Namun, saat ditanya lebih lanjut mengenai harga telur dan daging yang juga mengalami kenaikan, Hella mengaku belum bisa memberikan kesimpulan pasti. “Saya belum bisa memastikan apakah benar ada pengaruh dari MBG terhadap harga telur dan daging, karena saya belum melakukan survei. Semua itu harus dibuktikan dengan data yang valid. Kita akan cek apakah benar ada pengaruh program MBG terhadap harga-harga tersebut,” tambahnya.

 

==================

Disclaimer:

Artikel ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Nyaringindonesia.com mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar.

Jangan lupa untuk terus mengikuti kami untuk mendapatkan informasi terkini berita Nyaring Indonesia lainnya di Google News

Berita Utama