Perumahan ARHASS VILLA

Penentuan Waktu Salat Menurut Ilmu Falak

NyaringIndonesia.com – Penentuan waktu Salat khususnya di Indonesia selama ini menggunakan dasar posisi matahari. Sebagai contoh penentuan waktu salat Dzuhur apabila matahari tergelicir, sementara waktu Maghrib jika waktunya matahari terbenam.

Penentuan salat yang dilakukan pada waktu siang seperti Dhuhur dan Ashar tidak kesulitan menentukan waktunya.

Namun yang jadi masalah adalah saat waktu Sholat Subuh dan Sholat Isya karena matahari tidak terlihat.

Dikutip dari penjelasan ini Drs. Tb. Hadi Sutiksna (Dosen Ilmu Falak Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung)

BACA JUGA: Arti Lahir Bulan Maret Dalam Islam

“Saya mengajar ilmu falak di UNISBA hampir 20 tahun. Sejak itu saya gelisah, saya menilai subuh terlalu malam cuman waktu itu dugaan saya kita terlalu cepat 8 menit, sukar mencari data dengan mata biasa tidak bisa,” Kata Hadi

“Ketentuan cara menghitung datanya memang dari Kementerian Agama, rumusnya sama. Semua bisa hitung,” tambahnya

Subuh itu menurut Al Qur’an ketika muncul fajar sodik. Fajar sodik adalah kegelapan malam menuju siang. Masalahnya waktu kemunculan fajar sodik menurut data lama di minus 20 di bawah ufuk.

Sekarang saya mendapatkan hasil penelitian dari 2017-2019 (2 tahun). Ada 226 data penelitian di Indonesia, ada 500 data lebih di Birmigham bahwa kesimpulanya subuh kita terlalu cepat, bukan di minus 20 harus nya agak naik di minus 13. Beda nya 7 derajat, perjalan matahari satu derajat itu 4 menit. 7 x 4 menit = 28 menit,” kata Hadi.

 

Dari mana kementerian agama mendapatkan angka minus 20 utuk menetukan waktu sholat Subuh, Saya dapat data dari pakar ICMI. Sejarah Subuh yang selama ini kita pakai, berlangsung dari lama. Bahwa pada tahun 1908. Di Mesir ada dua astrnom asal Inggris yang memberikan data kepada ulama mesir bahwa matahari munculnya di minus 18. Padahal di Turki pada waktu yang sama tidak minus 18, tapi minus 15 lebih siang.

Sistem di Mesir itu diadopsi oleh Indonesia, untuk mengamankan nya,sistem dari Mesir minus 18 di ubah ke minus 20, naik 2 derajat. Harusnya bukannya naik tapi turun dari minus 18 ke minus 16, turun 2 derajat. Karena Matahari di Indonesia stabil, tidak seperti negara lain.

“Alhamdulliah Allah memberikan jalan, bapak bertemu Direktur Islamic Sains Riset Network (ISRN), kesimpulan Direktur Islamic Sains Riset Network (ISRN), Fajar sodiq itu muncul di minus 13 derajat,” kata Hadi

Direktur Islamic Sains Riset Network (ISRN) lembaga independen di bawah UHAMKA muhammadiyah ini melakukan penelitian dengan kamera khusus di tempat-tempat yang tidak ada cahaya.

“Sains di dapat dari eksperimen, bukan dengan pikiran. Angka minus 13 di dapat dari pemoretan,”kata Hadi

“Bapak meneliti dari tahun 2000 sekarang alhamdullilah menemukan data primer dari Guru Besar UHAMKA, bapak sangat yakin dengan video- video nya,” tambahnya

 

Berita Utama

Scroll to Top