NyaringIndonesia.com, Cimahi – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Cimahiย melaksanakan kegiatan dialog publik rembuk pemuda. Dalam kesempatan tersebut, para pemuda di Kota Cimahi menilai bahwa saat ini Cimahi mengalami degradasi keterlibatan pemuda dalam memajukan kota.
Ketua PMII Kota Cimahi, Virlana Rahmansyah, mengatakan, kegiatan rembuk pemuda ini tujuannya untuk menakar gagasan dari bakal calon Walikota Cimahi.
Terlebih, dalam kontestasi Pilkada serentak 2024 khusunya di Kota Cimahi, belum banyak ruang dari bakal calon untuk berdialog langsung dengan mahasiswa.
“Jadi ada beberapa isu yang ingin kami sampaikan kepada para bakal calon Walikota Cimahi terkait kesempatan para pemuda dalam kemajuan kotanya sendiri,” kata Virlana.
Isu yang menurutnya sangat penting untuk dibahas diantaranya, terkait kepemudaan, pengangguran, potensi serta kasuistik di pemerintahan yakni korupsi.
“Dari isu-isu tersebut, diperlukan ruang terhadap pemuda untuk melakukan pengawalan,” ucapnya.
Bagi para bakal calon Walikota Cimahi yang nantinya terpilih jadi pemimpin, lanjut dia, yang perlu diprioritaskan dalam programnya yakni menurunkan angka pengangguran.
“Jadi jangan hanya mengangkat isu pengangguran dalam setiap kampanye, tapi tiap tahunnya malah bertambah,” ungkapnya.
Sementara itu, Bakal Calon Walikota Cimahi, Irfan Gautama, mengatakan, sebetulnya kalau ruang bagi pemuda masih banyak. Akan tetapi kesempatan bagi mereka (Pemuda), sangat minim akibat adanya batasan-batasan yang sebetulnya tidak perlu dilakukan.
“Kalau seperti itu maka, regenerasi kepemudaan di Kota Cimahi akan jauh sekaligus kesulitan dalam berkembang. Padahal mereka punya potensi tinggi,” katanya.
Menurutnya, ada cara pola regenerasi yang bisa dilakukan terhadap pemuda. Alangkah baiknya, kesempatan itu harus diberikan sedini mungkin kepada para pemuda khususnya di Kota Cimahi.
“Yang pertama saya lakukan untuk regenerasi yaitu, saya tunjukan kepada mereka. Lalu yang kedua, mereka melakukan saya melihat. Tahap yang ketiga, evaluasi hasil tanpa harus didampingi. Nah itu harus diterapkan dari awal atau sejak dini,” kata Irfan.
Sementara itu terkait pengawalan pemuda dalam hal korupsi, lanjut Irfan, memang diperlukan sebuah lembaga yang dilakukan oleh kelompok orang yang profesional dan tidak tersentuh oleh kepentingan apapun.
“Jika saya maju dan terpilih, maka akan dibentuk sebuah tim yang akan saya gaji sendiri. Itu dilakukan agar program yang saya lakukan sampai atau tidak kepada masyarakat dan ada tindakan koruptif atau tidak di tingkat bawah hingga atas,” tandasnya.