Perumahan ARHASS VILLA

Mandiri dalam Pengelolaan Sampah Kota Tahun 2025, Kota Cimahi Targetkan Tidak Buang Sampah Ke TPA

Foto bersama Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, Pj Wali kota Cimahi Dicky Saromi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi Chanifah Listyarini beserta Redaksi PT. Indocement dalam kegiatan, salah satunya pengiriman Perdana Refuse Derived Fuel (RDF) hasil pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Santiong
Foto bersama Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, Pj Wali kota Cimahi Dicky Saromi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi Chanifah Listyarini beserta Redaksi PT. Indocement dalam kegiatan, salah satunya pengiriman Perdana Refuse Derived Fuel (RDF) hasil pengolahan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Santiong
Cimahi, NyaringIndonesia.com – Pemerintah Kota Cimahi sedang dalam persiapan serius untuk menjadi mandiri dalam pengelolaan sampah di wilayah Kota Cimahi.

Dalam dua tahun ke depan, mereka bertekad untuk tidak lagi membuang sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) bersama daerah lain di Bandung Raya.

Pj Wali Kota Cimahi, Dicky Saromi, mengungkapkan fokusnya pada penanganan sampah sejak menjabat, dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut.

Dicky Saromi menyatakan juga bahwa salah satu solusi untuk menangani sampah adalah dengan menggunakan mesin untuk mengurangi volume sampah.

Selain itu, pihaknya juga melakukan komposting dan maggotisasi di wilayah Cimahi, bekerja sama dengan sektor swasta, dan menerapkan program-program lain yang telah direncanakan dan berjalan dengan baik.

“Di minggu ke-2 menjabat Pj Wali Kota Cimahi, salah satu fokus perhatian dan prioritas saya ialah persampahan. Kita cari solusi untuk berkontribusi dalam penanganan sampah Bandung Raya terutama di Cimahi,” ucap Pj Wali Kota Cimahi, Dicky Saromi, Jumat (3/11).

Dia menargetkan, Cimahi tidak lagi membuang sampah ke TPA bersama pada 2025 mendatang. Untuk memastikan sejauh mana rencana program pengelolaan sampah, pihaknya sudah memantau sejumlah TPS seperti Santiong dan Pasar Atas.

“Untuk penanganan salah satunya memakai mesin gibrik untuk mengurangi sampah. Juga ada upaya pengelolaan lain seperti komposting dan magotisasi yang dikelola wilayah, kerja sama dengan pihak swasta, dan lainnya. Saya cek, ternyata sejumlah program itu sudah berjalan sesuai yang direncanakan,” bebernya.

Volume sampah yang dihasilkan di Cimahi mencapai 226 ton per hari, namun setelah kebakaran di TPA Sarimukti, kuota pembuangan Kota Cimahi berkurang menjadi 120 ton per hari.

Saat kondisi TPA Sarimukti normal, kuota pembuangan Kota Cimahi mencapai 170 ton, sisanya sebanyak 56 ton dikelola di tingkat RT/RW, TPS, bandar barang bekas, dan lainnya.

Hal ini mendorong Pemerintah Kota Cimahi untuk mengambil langkah konkret dalam mengelola sampah sendiri di tingkat lokal.

“Setelah kejadian kebakaran TPA Sarimukti, kuota Kota Cimahi menjadi 120 ton, sehingga sisa yang harus diolah bertambah. Pada 2024 mendatang, jatah Kota Cimahi 77 ton, berarti 149 ton sampah harus diolah sendiri. Hal ini menjadi perhatian khusus,” ungkapnya.

Menurut Dicky, TPS Santiong akan menjadi proyek unggulan Kota Cimahi dalam pengelolaan sampah. “Ini lokasi jadi masa depan Cimahi dalam pengelolaan sampah. Jadi kami tidak lagi bergantung pada TPA manapun. Selesai di Cimahi,” ujarnya.

Dijelaskan Dicky, upaya pihaknya dalam penanganan sampah yaitu mendukung program yang berjalan di TPS Santiong sebagai proyek bantuan pemerintah pusat. “Luasnya sekitar 0,5 hektare dengan kapasitas pengolahan hingga 50 ton per hari. Pada 2025 kita tidak bergantung lagi ke TPA,” jelasnya.

Img 20240422 Wa0030

Chanifah Listyarini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, menambahkan bahwa dua lokasi pengolahan sampah di Lebaksaat dan Santiong telah disiapkan serta Pembangunannya ditargetkan rampung tahun depan.

Pembangunan kedua lokasi ini mendapat bantuan dari pemerintah pusat. Lokasi di Santiong memiliki peralatan lengkap untuk memilah dan mencacah sampah, sementara Lebaksaat difokuskan pada maggotisasi.

“Biayanya itu sekitar Rp30 miliar bantuan dari pusat. Rencananya kalau Maret baru selesai pembangunan. Jadi kalau kami hitung jika Maret sudah selesai semua peralatan sudah ready, sehingga bisa digunakan,” katanya.

Chanifah menerangkan dua lokasi itu memiliki fungsi berbeda. Titik pengolahan di Santiong berfungsi dari mulai memilah hingga mencacah sampah karena peralatannya lebih lengkap.

Dari mulai conveyor belt yang berfungsi memilah sampah berdasarkan jenisnya hingga mesin pencacah sampah.

“Kalau yang Lebaksaat khusus untuk maggotisasi. Tidak terlalu banyak alatnya karena untuk mencacahnya semua dikerjakan di Santiong,” terangnya.

Img 20240422 Wa0031

Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin yang hadir untuk meninjau kegiatan ini, menyampaikan bahwa TPS Santiong menjadi salah satu TPS Terpadu yang paling dikelola secara baik oleh Kota Cimahi di Jawa Barat. Dirinya berharap hal tersebut dapat dicontoh oleh kabupaten/kota lainnya.

“TPSnya banyak tapi yang terpadu betul dan diolah sampai menjadi yang pertama di Jawa Barat, saya berharap dicontoh dan jadi penyemangat oleh kabupaten/kota lainnya,” ujar Bey saat diwawancara.

Pengelolaan sampah di TPS Santiong pun masih dilakukan secara bertahap, mengingat mesin serta tenaga kerjanya masih dalam percobaan. TPS Santiong sementara dibuat dapat mengelola 30 ton sampah per hari meskipun bisa menerima 50 ton per hari.

Dengan persiapan yang matang dan proyek-proyek inovatif dalam pengelolaan sampah, Cimahi siap untuk menjadi mandiri dan berkelanjutan dalam menangani masalah sampah di wilayahnya. (Gils)

Berita Utama

Scroll to Top