Dikenal sebagai sosok yang pernah membawa Korea Selatan meraih prestasi di tingkat regional, namun juga menghadapi tantangan dan kritik tajam di level internasional.
Pada tahun 2017-2018, Shin Tae-yong memegang posisi sebagai pelatih Timnas Korea Selatan. Di bawah asuhannya, Korea Selatan meraih gelar juara Piala AFF-nya Asia Timur pada tahun 2017. Prestasi ini memberikan harapan baru bagi sepakbola Korea Selatan di tingkat regional.
Namun, perjalanan Shin Tae-yong tidak selalu mulus. Setelah Piala Dunia 2018, di mana Korea Selatan gagal melangkah ke babak selanjutnya setelah kalah bersaing di fase grup, Shin Tae-yong menghadapi kritik dan tekanan dari publik Korea Selatan.
Kegagalan ini menyebabkan kontraknya tidak diperpanjang dan dia meninggalkan posisinya sebagai pelatih tim nasional.
Kegagalan Korea Selatan di Piala Dunia 2018 membuat Shin Tae-yong dan skuadnya mendapat sambutan yang kurang menggembirakan ketika kembali ke negara mereka.
Mereka dilempari bantal guling dan bahkan telur di bandara, menunjukkan betapa besarnya kekecewaan dan frustrasi publik terhadap hasil yang tidak memuaskan.
Setelah periode menganggur selama 1,5 tahun, Shin Tae-yong menemukan jalan kembali ke lapangan hijau sebagai pelatih Timnas Indonesia pada akhir 2019.
Kembali ke dunia sepakbola internasional, Shin Tae-yong mendapat kesempatan baru untuk membuktikan kemampuannya.
Saat ini, Shin Tae-yong menjadi pelatih Timnas Indonesia U-23 yang bersiap untuk menghadapi Korea Selatan U-23 di Piala Asia U-23.
Pertandingan ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi antar tim, tetapi juga membawa makna khusus bagi Shin Tae-yong.
Baginya, ini merupakan kesempatan untuk ‘balas dendam’ atau memberikan reaksi terhadap pengalaman buruknya bersama timnas Korea Selatan.
Shin Tae-yong memiliki tekad kuat untuk membawa Timnas Indonesia U-23 meraih prestasi di tingkat regional.
Dengan pengalaman dan pengetahuannya dalam memimpin tim, ia berharap dapat memberikan yang terbaik untuk Indonesia di ajang Piala Asia U-23.
Bagi Shin Tae-yong, pertandingan melawan Korea Selatan U-23 bukan hanya soal menghadapi lawan yang kuat, tetapi juga kesempatan untuk membuktikan kemampuan dan membangun kembali reputasinya sebagai pelatih yang mampu membawa perubahan positif dalam dunia sepakbola.
Semangat ”balas dendam” ini mungkin akan menjadi pendorong ekstra bagi Timnas Indonesia U-23 di lapangan.
